Monday, 8 July 2013

MENYESATKAN ORANG DENGAN FATWA

Oleh : Abdul Rozzaq


Pada hakikatnya ilmu itu adalah milik Allah SWT, teristimewa ilmu agama atau keruhanian yang dibawa para Nabi untuk menerangi hati manusia agar dapat mengenal Allah SWT dan mengetahui cara-cara mengabdikan diri kepada-Nya. Nabi kita Sayyidina Muhammad, Rasulullah SAW adalah hamba Allah SWT yang telah dikaruniai ilmu ruhani atau agama paling sempurna, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran berikut:

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا ءَاتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا


Maka mereka bertemu dengan seorang hamba dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat dari kami dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari hadhirat Kami (Al-Kahfi, 18:66)

Meskipun ilmu ruhani Islam Nabi kita itu sempurna, beliau hanya diberi tugas sebagai juru ingat manusia dengan ilmu Allah SWT tersebut, sebagaimana firman Allah SWT berikut:
قُلْ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah, sesungguhnya ilmu itu hanyalah di sisi Allah dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi ingat yang menjelaskan (Al-Mulk, 67:27)

Kalau Nabi paling agung dan sempurna saja hanya diberi tugas sebagai pembawa kabar suka dan juru ingat, apalagi para pengikut beliau yang hanya sebagai pewarisnya, tentu bagian ilmu yang didapatkan sangat sedikit, sebagaimana pernyataan Allah SWT berikut:

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit (Bani Israil, 17:86)

Terlebih bagi generasi pengikut Islam yang hidup berabad-abad sesudah Nabi kita Muhammad SAW, tentulah ilmu mereka lebih sedikit lagi, karena ilmu-ilmu Allah tersebut akan hilang bersamaan dengan wafatnya Ulama pewaris Nabi, sebagaimana Hadits-hadits yang berisi kabar gaib tentang dicabutnya ilmu Islam tersebut. Guna lebih jelasnya masalah tersebut, marilah kita simak tiga Hadits berikut:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَ يَنْتَزِعُ الْعِلْمَ مِنْكُمْ بَعْدَ مَا أَعْطَاكُمُوهُ إِنْتِزَاعًا وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءَ وَيَبْقَى الْجُهَّالُ فَيُسْأَلُونَ فَيَفْتُونَ فَيَضِلُّونَ وَيُضِلُّونَ
Sesungguhnya Allah ta’ala benar-benar tidak akan mencabut ilmu dari kalian setelah aku berikan kepada kalian, akan tetapi Dia akan mencabut para Ulama sehingga yang tertinggal orang-orang bodoh, lalu mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa, maka mereka itu sesat dan menyesatkan (Ath-Thabrani dalam Al-Ausat dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Ummal, Juz X/ 28741)

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَ يَنْتَزِعُ الْعِلْمَ مِنْكُمْ بَعْدَ مَا أَعْطَاكُمُوهُ إِنْتِزَاعًا وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءَ بِعِلْمِهِمْ وَتََبْقَى الْجُهَّالُ فَيُسْأَلُونَ فَيُفْتُونَ فَيَضِلُّونَ وَيُضِلُّونَ
Sesungguhnya Allah ta’ala benar-benar tidak akan mencabut ilmu dari kalian setelah aku berikan kepada kalian, akan tetapi Dia akan mencabut para Ulama dengan ilmu mereka, sehingga yang tertinggal orang-orang bodoh, lalu mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa, maka mereka itu sesat dan menyesatkan (Ath-Thabrani dalam Al-Ausat dari Abu Hurairah ra dan Kanzul-Ummal, Juz X/ 28980)

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَيَقْبِضُ الْعِلْمَ مِنْكُمْ إِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Allah ta’ala benar-benar tidak akan mencabut ilmu, Dia akan mencabutnya dari para hamba, akan tetapi Dia akan mencabut ilmu itu dengan mencabut para Ulama sehingga Dia tidak meninggalkan seorang alim pun, maka manusia menjadikan para pemimpin yang bodoh-bodoh, lalu mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka itu sesat dan menyesatkan (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Al-Bukhari, Juz Awwal Kibul-Ilmi, bab Kaifa Yaqbidhul-Ilma, hal. 30, Cet. Sulaeman Mar’I, Singkapurah, Muslim, At-Turmudzi, Ibnu Majah dari Ibnu Umar ra dan Kanzul-Ummal, Juz X/ 28981)

Berdasarkan ketiga Hadits tersebut, akan datang satu zaman yang kaum muslimin kehilangan Ulama yang berilmu, akibatnya banyak pemimpin umat yang tidak malu-malu mengeluarkan fatwa yang berisi menyesatkan orang lain tanpa ilmu Allah SWT, baik dari kitab suci Al-Quran maupun Hadits Rasulullah SAW yang menyebabkan kekisruhan yang jauh dari indikasi Islam yang penuh kedamaian dan kasih sayang. Sebaliknya malah melahirkan kezhaliman yang diwarnai kebencian dan kedengkian. Hidup dalam zaman demikian ini, seorang muslim harus bersabar dalam mempertahankan keimanannya dengan banyak mengamalkan doa Rasulullah SAW yang diajarkan kepada sahabat tercinta Ali bin Abi Thalib RA berikut:

عَنِ الْحَارِثِ قَالَ قَالَ لِيْ عَلِيٌّ : أَلاَ أُعَلِّمُكَ دُعَاءً عَلَّمَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قُلْتُ بَلَى ، قَالَ قُلْ: اَللَّهُمَّ افْتَحْ مَسَامِعَ قَلْبِيْ لِذِكْرِكَ وَارْزُقْنِي طَاعَتَكَ وَطَاعَةَ رَسُوْلِكَ وَعَمَلاً بِكِتَابِكَ
Dari Harits berkata: Ali telah berkata kepadaku: Maukah aku ajarkan kepada engkau doa yang telah diajarkan Rasulullah SAW kepadaku? Aku berkata ya, ia berkata: Wahai Tuhanku bukalah pendengaran-pendengaran hatiku untuk mengingat-Mu dan rejekikanlah kepadaku ketaatan kepada-Mu dan ketaatan kepada rasul-Mu dan perbuatan yang berdasarkan Kitab-Mu (Ath-Thabrani dalam Al-Ausath dan Kanzul-Ummal, Juz II/ 5051)

Saturday, 8 June 2013

Perbaikan Tabiat Melalui Al-Qur’an








Mereka yang hanya mengandalkan logika saja sebenarnya sama saja dengan orang-orang yang berkekurangan dalam tindakan dan keimanan serta ketulusan perilaku, sebagaimana juga mereka berkekurangan dalam pengetahuan, pemahaman dan keyakinan. Kelompok orang-orang seperti ini tidak pernah menjadi teladan atau dimasukkan ke dalam kelompok jutaan orang-orang suci yang menjadi hamba Allah yang diridhoi oleh-Nya.


Berkat dari orang-orang suci itu demikian nyata dimana mereka melalui khutbah, peringatan, doa dan perhatian serta pengaruh keakraban diri mereka telah menyadarkan banyak orang untuk kembali ke jalan yang lurus dan sepenuhnya menjadi hamba-hamba Allah. Mereka ini tidak memperdulikan dunia dengan isinya serta mengasingkan diri mereka dari kenyamanan, kesukaan, martabat, kebanggaan, harta milik dan kerajaan duniawi. Mereka mengikuti jalan takwa dimana karenanya ratusan dari mereka telah kehilangan nyawa dan ribuan kepala telah terpenggal sehingga bumi menjadi basah karena darah orang-orang suci tersebut.
Meskipun menghadapi berbagai bencana seperti itu, mereka tetap saja memperlihatkan kesetiaan kepada Tuhan mereka sebagai¬mana laiknya seorang pencinta yang setia. Mereka hanya tertawa ketika kaki mereka dibelenggu dan merasa gembira ketika ditimpakan kesakitan serta bersyukur di tengah mala petaka. Demi kecintaan kepada yang Maha Esa, mereka rela meninggalkan rumah-rumah mereka, lebih memilih kehinaan daripada kemashuran, lebih menyukai kesulitan daripada kenyamanan, lebih memilih kemiskinan daripada kekayaan serta puas dengan kepapaan dan pengasingan serta ketidak-berdayaan daripada kawan-kawan dan kesukaan. Dengan mengalirkan darah, terpenggalnya kepala atau menyerahkan nyawa, mereka telah memeterai kebenaran eksistensi daripada Tuhan. Berkat dari mengikuti Firman Tuhan, mereka telah memperoleh Nur yang tidak ada padanannya pada orang lain. Orang-orang seperti itu tidak hanya terdapat di masa lalu karena kelompok manusia pilihan seperti itu selalu ada di dalam Islam dan mereka ini menangkal para lawan mereka dengan kecemerlangan diri mereka.
Dengan demikian kami telah membuktikan secara konklusif bahwa sebagai¬mana Al-Qur’an bisa membawa seseorang ke tingkat kesempurnaan intelektual yang tinggi, begitu jugalah dengan melaluinya seseorang akan mencapai kesempurnaan dalam perilaku. Nur dan tanda-tanda keridhoan Allah s.w.t. telah muncul dan akan selalu terlihat pada mereka yang mengikuti Firman Suci. Bagi seorang pencari kebenaran, hal seperti ini menjadi bukti yang bisa dilihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa berkat surgawi dan tanda-tanda Ilahi hanya bisa ditemukan di antara para penganut Kitab Suci Al-Qur’an. Adapun aliran atau sekte lainnya seperti Brahmo Samaj, kaum Arya dan kaum Kristiani yang menyangkal adanya wahyu, sesungguhnya dikaliskan dari Nur kebenaran tersebut.

Kami bersedia memberikan kepuasan kepada siapa pun yang ingin menyangkal pandangan kami, tetapi dengan syarat bahwa yang bersangkutan memang berhasrat memeluk agama Islam secara tulus. Silahkan datanglah kepada kami dengan niat baik, keteguhan hati dan ketulusan untuk mencari kebenaran. (B.A, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 350-352, London, 1984).

Tuesday, 4 June 2013

Hanya Ketakwaan dapat Mensejahterakan Dunia


KETAKWAAN DAPAT MEMPERBAIKI KE-EKONOMIAN / KESEJAHTERAAN DUNIA

(Firman Allah Taala dalam Kitab Suci Alqur-aan Surah Al Hujuraat -49- ayat 13)

Untuk memeriksa keadaan ekonomi yang kadang-kadang menjadi sumber dari pertikaian maka mereka mendirikan World Justice System. Apa yang terjadi pada organisasi-organisasi ini setiap orang itu dapat melihatnya sendiri.. Sebab dari kegagalannya itu adalah dikarenakan kurangnya ketakwaan, tidak ada rasa takut kepada Tuhan. Yang dengan apakah mereka itu telah menaruh timbunan harta kekayaan atau kepandaian dan kekuatan dari ilmu pengetahuan, naka dikarenakan oleh kesombongan dan kebangga-banggaannya itu atau dengan menganggap diri mereka itu adalah pembawa bendera kedamaian yang lebih dari siapa pun juga dan menempatkan mereka pada landasan yang lebih tinggi dari bangsa yang lainnya. Mereka telah membuat tingkatan-tingkatan anggota tetap dan anggota tidak tetap yang juga tidak pernah dapat meraih kedamaian dikarenakan kurangnya rasa takut kepada Tuhan dan kurangnya ketakwaan. Jika sebuah Adidaya tertentu memiliki kawenangan untuk menanda-tangani beberapa dokumen dengan dirinya sendiri, maka system ini, kekuatan ini, kawenangan ini tidak akan dapat menyebarkan kedamaian. Jika akan terjadi kedamaian di dunia maka kedamaian di dunai ini hanyalah dengan melalui ajaran yang Allah telah wahyukan kepada Y.M. Nabi Muhammad s.a.w., yang pra-syaratnya itu adalah takwa, ketakwaan. Tentang segala bangsa-bangsa ini, sebagai umat manusia, Kitab Suci Al-Qur’an telah memberikan kepada kita sebuah ajaran, yang firman-Nya dalam Surah Al-Hujuraat (49) ayat 13:

Yaa ayyuhahan naasu ‘inna khalaqnaakum min dzakariw wa untsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa-ila li ta’aarafuu inna akramakum ‘indallaahi atqaakum innallaaha ‘aliimun khabiir. (Surah Al-Hujuraat -49- ayat 13)

Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu bangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.

Jadi inilah ajaran dari persaudaraan Islam itu, untuk menciptakan kebersaudaraan dalam Islam itu dan untuk menegakkan kedamaian itu demikianlah perintah dari Allah ini. Seseorang yang bertakwa dan memiliki rasa takut kepada Tuhan, maka ia itu harus dengan sepenuhnya meng-aplikasikan ajaran ini kepada dirinya tentang kebersaudaraan ini dan untuk menyebarkannya kepada dunia. Orang-oang yang beriman telah duperintahkan, dengan perintah tentang kecintaan, kasih-sayang dan keadilan.

Tidak jadi soal betapa hebatnya mereka itu membuat Dewan Keamanan dan Komite Perdamaian, tetapi mereka itu tidak akan dapat menghilangkan keresahan dari dunia karena Bangsa Adidaya yang kuat itu telah mengambil kawenangan melebihi dari bangsa yang lainnya. Jadi, keamanan dan jaminan akan perdamaian dunia itu hanya akan dapat diberikan dan keresahan dari dunia itu hanya dapat dihilangkan jika superioritas kebangsaan yang salah itu dihilangkan.

Keresahan ini tidak akan dapat dihilangkan selama ras dan segala macam supremasi dan keistimewaan itu tidak dapat dihilangkan. Selama di dalam pikiran orang-orang dari Negara-negara dan Pemerintahan mereka itu tidak memiliki pemikiran ini dengan kesadaran yang penuh bahwa kami semua ini adalah anak-anak dari Adam dan pengembangan kami itu adalah sebagai hasil dari laki-laki dan perempuan maka sebagai seorang manusia itu, kita adalah sama di dalam pandangan dari Tuhan. Jika seseorang itu adalah memiliki keistimewaan di dalam pandangan Allah, yaitu seseorang yang memiliki ketakwaan dan ketakwaan siapa yang lebih tinggi atau superior itu hanyalah Tuhan Yang Mengetahuinya. Tak ada orang yang dapat menilai untuk dirinya sendiri sampai di mana tingkat ketakwaannya itu. Ia itu tidak dapat memeriksa tingkat kadarnya sendiri dan tidak dapat menguji tingkatan kadarnya sendiri, yang oleh karena itu Allah berfirman bahwa kedudukan kamu itu dan kelebihan kamu terhadap orang lainnya itu bukannya dikarenakan oleh keturunan dan bukan karena kebangsaan-mu, bukan karena warna kulitmu, bukan karena harta kekayaanmu atau kedudukan kamu di dalam masyarakat kamu. Tidak ada satu bangsa pun yang menjadi lebih superior yang dikaitkan dengan penguasaannya terhadap bangsa-bangsa yang lemah. Di dalam mata duniawi, kekuatan dunia ini dan Pemerintahan duniawinya ada memiliki suatu kedudukan tertentu tetapi bukannya dalam pandangan dari Tuhan. Apa pun yang tidak diketahuinya dalam pandangan Tuhan maka hal itu tidak akan dapat sukses di dalam tujuan-tujuan baiknya, apa pun yang telah dipergunakannya untuk keperluan tersebut. Islam mengatakan bahwa segenap manusia dan orang-orang itu adalah merupakan satu keluarga. Jika mereka itu hidup sebagai satu keluarga tunggal, hanya dengan demikianlah mereka itu akan saling menjaga kedamaian dan keamanannya satu sama lainnya. Sebagai anggota dari satu keluarga yang demikian itu mereka akan saling mencintai dan saling kasih-sayang satu terhadap yang lainnya. (22-6-2007)

Tuesday, 30 April 2013

PISOMPURUAN TANAH RATA

 
 
PISOMPURUAN TANAH RATA
 
DATUK MASIDI MANJUN
(MENTERI PELANCONGAN KEBUDAYAAN DAN ALAM SEKITAR)
 
DATUK EWON EBIN
30HB APRIL 2013
 
 
 
 






















Monday, 29 April 2013

TOLAK PEMIMPIN YANG MENGANJUR KEKACAUAN DALAM NEGARA

ORANG YANG MEMPUNYAI PEGANGAN AGAMA YANG KUKUH, TIDAK AKAN MENYERTAI DEMONSTRASI RUSUHAN ATAU MENENTANG KERAJAAN YANG DIPILIH OLEH RAKYAT. TIDAK KIRA BERAGAMA ISLAM ATAU KRISTIAN.

ORANG YANG KUKUH PEGANGAN AGAMANYA, MEREKA TIDAK AKAN MENYOKONG PEMIMPIN YANG MENGAJAK ORANG MEMBUAT KACAU,RUSUHAN ATAU MENGANGGU KETENTERAMAN. KERANA DALAM  AJARAN ISLAM DAN KRISTIAN TIDAK AKAN MEMBENARKAN PERBUATAN SEPERTI BEGITU YANG MENENTANG KERAJAAN YANG DIPILIH OLEH RAKYAT SECARA SAH..

DALAM BIBLE MENEGASKAN KEPATUHAN KEPADA PEMERINTAH

"TIAP-TIAP ORANG HARUS TAKLUK KEPADA PEMERINTAH YANG DI ATASNYA, SEBAB TIDAK ADA PEMERINTAH, YANG TIDAK BERASAL DARI TUHAN; DAN PEMERINTAH-PEMERINTAH YANG ADA, DITETAPKAN OLEH TUHAN.
"SEBAB ITU BARANGSIAPA MELAWAN PEMERINTAH, IA MELAWAN KETETAPAN TUHAN DAN SIAPA YANG MELAKUKANNYA, AKAN MENDATANGKAN HUKUMAN ATAS DIRINYA. (PERJANJIAN BARU: ROME 13:1-2)

HADIS

“Whoso obeys the ruler obeys me, and whoso disobeys the ruler disobeys me” (Muslim);

“Listen to and obey your ruler, even if you [despise him]” (Bukhari).

 Prophet Muhammad declared, “A Muslim is the one from whose hands and tongue other Muslims are safe” (Tirmidhi).

AL QURAN
 Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu.(4:59)


 
 
ADAKAH INI YANG DIAJAR DALAM AGAMA ?