Monday, 31 December 2012

KATAKOMBE DAN GUA KAUM KRISTEN





Dalam Kitab Suci Al-Qur’an Surah Al-Kahfi, ada uraian mengenai Ashabul Kahfi (penghuni gua); orang-orang yang dizalimi karena iman mereka kepada Tuhan dan oleh sebab itu mencari perlindungan dalam gua-gua. Ini adalah kaum Kristen yang asalnya bertauhid, dengan hubungan mereka yang lebih dekat dengan Yahudi dari pada dengan sesama mereka masa kini.

Lebih lanjut, dalam Surah yang sama, ada uraian hubungan kedudukan gua-gua itu dengan terbit dan terbenamnya matahari. Dari gambaran yang diberikan dalam Surah 18:18 ini, akan memungkinkan untuk mengenali gua atau kumpulan gua-gua yang dirujuk Al-Qur’an, yang telah dihuni oleh kaum Kristen yang ber-Tauhid, yang dizalimi dan telah mencari perlindungan dalam gua-gua selama masa keseluruhannya 300 tahun ditambah 9 tahun lagi.
Tulisan berikut menggambarkan penemuan berbagai gua sehubungan dengan kaum Kristen dan Yahudi di masa awal, dan boleh memberikan beberapa petunjuk mengenai tempat kaum Kristen yang ber-Tauhid itu (kadang-kadang dirujuk sebagai Yahudi) berada.
Pemandangan Umum
Sejarah Kristen awal mencatat penggunaan gua-gua dan jalur-jalur bawah tanah dengan dua maksud ketika kaum Kristen tidak dapat memperoleh kebebasan: kuburan orang-orang mati, dan pertemuan-pertemuan rahasia. Gua-gua semacam itu disebut sebagai katakombe, berasal dari istilah Latin Ad Catacumbas digunakan untuk penemuan gua semacam itu yang ada di luar kota Roma. Ajaran Kristen telah menyebar dengan cepat, secara luas meliputi seluruh Kerajaan Romawi, maka sama sekali tidak mengherankan bahwa kaum Kristen menjadi sasaran utama kezaliman-kezaliman ditangan para Raja Romawi yang kejam
Memang, sejarah menerangi kita dengan informasi mengenai  penganiayaan-penganiayaan di bawah Raja Nero tahun 70 M, Raja Decius tahun 249-251 M, dan di bawah Raja Valerian tahun 257-258 M. Akhirnya, Konstantin mengeluarkan keputusan Milan tahun 313 M yang akhirnya memberikan kebebasan beragama bagi kaum Kristen.
Demikianlah katakombe-katakombe juga telah ditemukan dalam 200 tahun terakhir ini di beberapa tempat lain sekitar Mediterania. Gua-gua di Qumran dan di Nag Hammadi yang dulunya untuk menyimpan dan memelihara dokumen-dokumen milik gereja pada masa-masa kezaliman juga akan dipelajari. Dalam masalah Qumran, gua-gua hanya digunakan untuk maksud sebagai tempat tinggal biarawan di Qumran yang melarikan diri dari kejaran kaum Romawi. Maka, adalah kurang tepat bahwa orang-orang harus ’tinggal’ dalam gua-gua, walaupun, ini tidak dapat ditolak.
Kita pertama-tama akan mempelajari katakombe-katakombe Roma dan Mediterania yang telah dikaitkan secara kesejarahan dengan kaum Kristen yang teraniaya.
Penemuan katakombe-katakombe Yahudi
The Encyclopedia Judaica menyediakan penerangan mengenai katakombe-katakombe yang dianggap sebagai milik Yahudi. Ia menggambarkan katakombe-katakombe itu terdiri atas beberapa tingkat lorong berhubungan dengan ruang-ruang penguburan, dan beberapa kubur dalam tembok-tembok lorong itu, yang dikenal sebagai loculi. Ia mengatakan bahwa enam dari katakombe-katakombe Roma adalah milik Yahudi; yakni Monteverde, Vigna Randanini, Vigna Cimarra, Via Labicana, Via Appia Pignatelli dan Via Torlonia. Perbedaan utama antara katakombe-katakombe Kristen dan Yahudi adalah dari benda-benda bersejarah yang ditemukan, bahwa katakomba-katakombe Kristen mempunyai ruang-ruang pertemuan besar sedangkan Yahudi tidak. Ia bahkan mengemukakan bukti: ”Karena ajaran Yahudi merupakan agama yang dibolehkan di Kerajaan Romawi, dan ibadah secara terbuka diizinkan.” dan lebih lanjut mengatakan bahwa Yahudi tidak menyukai perbuatan-perbuatan musyrik yang membakar mayat dan dengan demikian tidak ingin menampilkan upacara penguburan secara terbuka. Encyclopedia itu juga memberi tahukan kita penanggalan prasasti-prasastinya dari abad pertama hingga abad keempat M, dan hal-hal ini, 76% adalah dalam Bahasa Yunani, 23% Bahasa Latin dan beberapa kata dalam Bahasa Ibrani. 1) Nama-nama yang meninggal kebanyakan adalah asing; 46% nama-nama Latin, 31% Yunani dan hanya 13% Semit.
Jika ajaran Yahudi diizinkan di Roma, dan kita tahu bahwa kaum Yahudi punya cara penguburan mereka sendiri, itu tampak seperti alasan yang sangat pincang untuk membangun katakombe-katakombe jika keberatan mereka hanya pada upacara pembakaran mayat kaum musyrik. Upacara-upacara semacam itu adalah umum di seluruh kerajaan Romawi dan bukan hanya di kota Roma. Apa yang bahkan lebih mengejutkan adalah bahwa meskipun kaum Yahudi telah tinggal di Roma selama berabad-abad, bukan hingga sesudah kedatangan Nabi Isa a.s. (Yesus) mereka mulai merasa resah dengan pembakaran mayat. Itu juga mengejutkan bahwa bangsa yang begitu bersemangat dalam menyelenggarakan agama dan budayanya sendiri, akan menggunakan bahasa-bahasa ’asing’ untuk prasasti-prasasti kubur!  Dan hanya 13% dari Yahudi yang mempunyai nama Semitik. 1) Itu akan lebih masuk akal jika katakombe-katakombe ini adalah milik Yahudi Kristen, yang telah dizalimi oleh pemerintah, oleh sesama Yahudi karena penerimaan mereka kepada Al-Masih a.s., dan oleh sesama Kristen mengubah Hukum Musa a.s. dan beberapa kebiasaan Ibrani. Karena orang-orang non Yahudi (Gentiles) bergabung dengan kelompok mereka, mereka secara bertahap akan kehilangan nama-nama Semit mereka, tapi tetap mempertahankan beberapa kata Ibrani sebagai hubungan dengan agama induknya.
Juga dinilai bahwa bukti lain keberadaan Yahudi adalah lambang-lambang seperti: menorah (tempat lilin bercabang tujuh), Sefer Torah (ranting palm), shofar (pisau khitan), ludav (pomegranate), etrog (tempat berisi minyak).
Lambang-lambang semacam itu dapat mengena pada Yahudi-Kristen juga Yahudi sebab mereka mengamalkan khitan dalam pengamalan agama mereka dan mengikuti Hukum Musa a.s. yang sama, tapi tanpa suatu campur tangan ajaran Parisi.
Ada katakombe-katakombe ’Yahudi’ lainnya yang ditemukan di Sardinia, Sisilia, Malta, Alexandria, Kartago, Kirene dan Mesir. Anehnya, di Sisilia, tampak bahwa katakombe-katakombe Kristen mempunyai sebuah menorah di tengah-tengahnya, maka mereka pastilah Yahudi, manakala yang ada di Mesir boleh jadi adalah Yahudi atau Kristen….1)
Penemuan katakombe-katakombe Kristen
Gereja Katolik2) mempercayai bahwa katakombe-katakombe Kristen ditemukan di Roma, Naples, Syracuse, Malta dan Tunisia. Kaum Kristen awal telah menggunakan tanah-tanah pekuburan musyrik tapi secara perlahan-lahan telah mengambil alih tempat ini yang mereka sebut tempat istirahat, atau makam.
Pada waktu itu, kuburan menjadi lebih lazim di kalangan golongan-golongan yang lebih miskin selama abad pertama M (pada masa yang sama kaum Yahudi mulai kuatir pembakaran mayat kaum musyrik!). Dipercaya bahwa penanggalan katakombe-katakombe yang lebih awal berasal dari abad ketiga M, sebab tempat untuk kuburan menjadi tak cukup di dalam tanah (gua), namun 17 abad kemudian, kita masih mempunyai cukup ruang. 1)
Sebagian kuburan menggambarkan terperinci orang-orang yang terkubur di sana, bersama dengan patung dan bejana minyak kecil. Bagaimanapun, mengenai penggunaan katakombe-katakombe untuk pertemuan, the Catholic Encyclopedia mengatakan: ”Tak ada bukti pembangunan atau penggunaan katakombe-katakombe sebagai tempat perlindungan selama masa penganiayaan.”
Walaupun demikian, katakombe-katakombe terpisah dari gereja selama masa penganiayaan, tapi dikembalikan kepada gereja oleh Konstantin. Karya seni Kristen tercatat pada abad ketiga dan seterusnya.
Informasi ini meninggalkan satu keadaan yang sangat tak memuaskan mengenai pentingnya katakombe-katakombe semacam itu. Jika gua-gua itu tidak diperlukan selama masa penganiayaan, maka mengapa [mereka] menempuh segala kesukaran ini? Sebuah Catholic Encyclopedia permulaan dari tahun 1908 5) memberikan gambaran yang sedikit berbeda dengan menilai bahwa kaum Kristen dianggap sebagai satu bagian dari sekte Yahudi hingga tahun 70 M, dan oleh sebab itu telah dikuburkan dengan orang-orang yang senegeri dengan mereka (Yahudi). Kaum Yahudi mengembangkan katakombe-katakombe sebelum Kristen sampai ke Roma, satu tiruan dari kubur-kubur batu di Palestina yang telah lazim bagi mereka.
Ciri-ciri khas utama katakombe-katakombe Kristen adalah monogram Chi-Rho yang semakna dengan ajaran Kristen. Juga lambang ikan tampak pada beberapa prasasti dari abad ketiga dan seterusnya. Katakombe-katakombe mempunyai lukisan-lukisan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kedua-duanya, tapi ini adalah dari abad keempat dan seterusnya.
Stevenson4) menilai bahwa katakombe-katakombe Kristen dan Yahudi bertanggal tak lebih awal dari pada sekitar tahun 150 M dan bahwa katakombe-katakombe Yahudi tak lebih tua dari pada katakombe-katakombe Kristen. Dia juga menunjukkan bahwa ruang-ruang tertentu merupakan pusat-pusat pertemuan kaum Kristen. Menarik juga bahwa: ”Semangat, Kebangkitan dan Kenaikan Kristus adalah bukan menjadi pembahasan dalam prasasti dan karya seni katakombe-katakombe menunjukkan keistimewaan yang menarik.”4)
Karena segi-segi ini merupakan batu penjuru dari ajaran Kristen, dan karena karya seni yang bersangkutan menunjukkan banyak pandangan lain dari Al-Kitab (Bibel), tampak ganjil bahwa bagian-bagian kunci ini dikeluarkan dari katakombe. Lagi, ini bukan merupakan satu masalah jika para penghuni adalah kaum monotheisme (ber-Tuhan Yang Maha Esa), dan tak punya konsep keputeraan Yesus, ataupun kebangkitan dari kematian [di tiang salib].
Katakombe-katakombe di luar kota Roma
Sebagaimana telah disebutkan lebih dahulu, katakombe-katakombe juga telah ditemukan di Mediterania, Afrika Utara dan di Syiria.4) Ada enam katakombe di Naples dalam kawasan Capodimonte. Di San Gennaro bertanggal abad keempat dan mempunyai dua tingkat. Gua itu tetap digunakan lebih lama dari pada yang ada di Roma dan digunakan di masa wabah berjangkit. Katakombe-katakombe ini mempunyai aula yang lebih luas dan gua luas – seperti aula dan ruang gereja-gereja3), dibangun dengan batu-batu yang kuat. Gua-gua itu dihiasi dengan lukisan-lukisan walaupun tak tampak sesuatu ajaran Kristen yang khas mengenai mereka, dan pada banyak tempat, lukisan-lukisan ini telah ditutupi.
Di Sisilia, ada 23 tempat kaum Kristen, termasuk katakombe-katakombe di Syracuse dan Catania. Mata uang yang ditemukan menunjukkan bahwa katakombe-katakombe di Syracuse bertanggal dari abad ketiga.
Kebanyakan karya seni adalah utuh, meskipun gua-gua itu dulunya milik orang-orang musyrik dan kemudian digunakan kaum Kristen. Di pulau itu juga banyak katakombe kaum Yahudi, walaupun satu-satunya petunjuk yang tampak adalah adanya menorah.
Di Sousse (Kartago) di Tunisia, tiga katakombe Kristen ditemukan bersama dengan katakombe kaum musyrik yang lebih kecil. Kawasan ini digunakan dari tahun 230 hingga abad keempat, dan ajaran Kristen juga diketahui telah menjadi kuat di belahan dunia itu sejak abad kedua. Seluruhnya, ada kira-kira 13.000 kuburan di sana, tapi tempatnya lebih rendah dari pada yang lainnya.
Di Malta, katakombe-katakombe (Kristen dan Yahudi) telah ditemukan yang serupa dengan kuburan-kuburan yang ada sebelum Kristen. Salah satu ciri khasnya adalah meja agape bundar di lantai, yang di sekelilingnya jamuan akan diselenggarakan untuk mengenang para syuhada.4)
Ada beberapa lukisan atau prasasti yang ditemukan di sini, tapi yang menarik, dalam katakombe-katakombe St. Agatha dan Abbatia Tad-Deyr, ada bentuk menorah. Stevenson menulis: ”Ini menunjukkan bahwa apakah ini Yahudi, atau dalam keadaan-keadaan tertentu Yahudi dan Kristen tidak hidup dalam keadaan saling menguntungkan yang tetap, atau ada pengaruh Yahudi yang kuat atas ajaran Kristen.”4)
Lagi, ini bukan menunjukkan Yahudi, bukan pula Kristen, tapi Yahudi Kristen. Gua-gua itu diperkirakan bertanggal abad keempat.
Terakhir, katakombe-katakombe lain ditemukan di Kirene (Libya), dan Alexandria di Mesir, tempat-tempat lain di Mesir seperti ’Necropolis’ dekat terusan Canopus di mana lorong-lorong mempunyai susunan yang sangat teratur tak seperti ruang berliku-liku di Roma3), dan Emessa di Syiria4) meskipun sangat sedikit informasi yang diberikan mengenai hal-hal ini dalam tulisan-tulisan umum pada pembahasan ini.
Gua-gua di Qumran
Gua-gua di Qumran berada di sisi batu karang sekitar Wadi Qumran, di tepi Laut Mati. Gua-gua ini ditemukan tahun 1947, dan ditemukan berisi gulungan-gulungan naskah terbungkus kain linen, dan disimpan dalam bejana-bejana besar untuk maksud pemeliharaan.
Gua-gua itu juga sangat dekat dengan Khirbet Qumran, sebuah biara yang diperkirakan menjadi tempat tinggal kaum Essene, dan banyak gulungan menyuarakan ajaran Kristen dengan tepat, walaupun ini dibantah.
Diperkirakan bahwa gulungan-gulungan naskah tersimpan dalam gua-gua itu karena para pendeta yang menghuni Khirbet Qumran melarikan diri dari kejaran pasukan Romawi sekitar tahun 70 M, tapi tak diketahui apakah gua-gua itu dimanfaatkan secara penuh sebelum itu.
Gua-gua di Mesir
Kitab-kitab Nag Hammadi yang ditemukan sekitar tahun 1945 dekat sungai Nil, merupakan milik satu kelompok kaum Kristen dari abad keempat. Naskah-naskah itu ditemukan dalam bejana bersegel, tersembunyi di bawah batu karang besar. Teknik pemeliharaan yang sama digunakan untuk Gulungan-gulungan Laut Mati yang ditemukan di Qumran. Tulisan-tulisan ini disembunyikan pada masa penganiayaan oleh kaum Kristen dari kelompok lain yang mereka kini dianggap menyimpang. Memang, Gereja Mesir terpecah dalam dua golongan besar pada masa itu; Ortthodox dan Monophysite, terpecah karena Trinitas.
Ada banyak riwayat penganiayaan kaum Kristen oleh Raja Severus (222-235), dimana kaum Kristen dikepung dan ditangkap, dianiaya dan dibunuh di Alexandria7) dan kerana golongan Monophysite berbeda dengan Kristen Barat, mereka menjadi korban dari para pemburu orang-orang murtad.
Menarik bahwa dalam suasana semacam itu, di dekat tempat naskah-naskah Nag Hammadi ditemukan ada sederetan kuburan dari pemerintah dinasti keenam Pepi I dan II (2350-2200 SM).
Kubur-kubur itu dirampok dan dikuras isinya tinggallah gua-gua yang mungkin digunakan oleh pendeta-pendeta Kristen, mungkin para pendeta yang sama sedang meloloskan diri dari penganiayaan dan terpaksa menyembunyikan naskah-naskah mereka. Di dalam gua-gua itu, lukisan salib Kristen berwarna merah dan prasasti-prasasti Koptik dari Mazmur telah ditemukan.6)
Kaum Monophysite ini dikatakan telah menganut kepercayaan mereka dalam abad ketujuh, dan karena keimanan Tauhid mereka, mereka dengan mudah dapat menerima Islam dari pada kepercayaan Katolik.8)
Gua-gua ini berada di sisi bukit batu karang di tepi sungai Nil, dan ditempat lain sepanjang sungai Nil di tempat-tempat seperti Oxyrhynchus, lembar-lembar Bibel lain juga ditemukan.
Kesimpulan
Sebagaimana telah terlihat, ada kebingungan besar di kalangan para ahli sejarah Kristen dan Yahudi mengenai penggunaan katakombe-katakombe dan mengenai para penghuninya. Sering kali, di mana ada pembagian pendapat di antara dua, kelompok mereka yang merujuk sebagai Yahudi Kristen, yang membentuk banyak kelompok seperti Ebionites dan Nazareans, dan yang menampilkan kepercayaan Tauhid. Orang-orang ini telah menjadi korban kezaliman dari tiga pihak; bangsa Romawi, Kristen Ortodoks dan Yahudi Ortodoks, mereka semua menganggap pandangan-pandangan kaum ini berbahaya bagi pemahaman agama mereka yang ’benar sendiri’.
Sangat mungkin bahwa ada penemuan gua-gua baru seperti yang ada di Qumran dan Nag Hammadi dan aneh bahwa hanya sekarang ia menjadi jelas terbuka, dua milenium sesudah mereka tersembunyi. Tentu saja, informasi-informasi lebih banyak diperlukan mengenai katakombe-katakombe Emessa di Syiria, kerana ia sangat dekat hubungannya dengan Antiokia, dalam satu kawasan yang mempunyai kecenderungan Tauhid yang kuat.
RUJUKAN
1. Encyclopedia Judaica Volume 5, p. 249-252; (Macmillan, Keter Publishers, Jerusalem 1971).
2. The New Catholic Encyclopedia Volume 3, p. 196-201; (McGraw Hill, Catholic University of America, Washington 1967).
3. A Dictionary of Christian Antiquities Volume 1, p. 294-317; William Smith & Samuel Cheetham (Kraus, New York).
4. The Catacombs – rediscovered monuments of early Christianity; J Stevenson (Thames and Hudson Ltd, London 1978).
5. The Catholic Encyclopedia Volume 3, p. 417-427; (Robert Appleton Co, New York 1908).
6. The Nag Hammadi Library 3rd Rev. Ed. p. 20-23; James M Robinson (E J Brill, Leiden 1988).
7. The New Catholic Encyclopedia Volume 5, p. 224-227; (McGraw Hill, Catholic University of America, Washington 1967).
8. A History of Christianity, p. 92, 242-243, Paul Johnson (Pelican Books, England 1980).
Sumber: Review of Religions, April 1994, hal. 33-39.
Penulis: Fazal Ahmad
Terjemah: Muharim Awaludin

No comments:

Post a Comment