Saudara-saudara kita umat Kristen menganggap Yesus (Nabi Isa as) sebagai Tuhan dan oknum kedua dari ketuhanan. Tetapi pertanyaannya adalah, Apakah Yesus mendakwakan ketuhanan beliau sendiri? Sebuah kajian injil-injil secara hati-hati mengungkapkan bahwa beliau tidak mendakwakan. Pada suatu kesempatan, beliau diriwayatkan telah bersabda, “Mengapa kau katakan aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja” (Markus 10:18). Yesus dengan kata ini dengan jelas tak membuat dakwa ketuhanan. (Matius 19:16:17 dan Lukas 18:19). Disini kita punya bukti yang nyata bahwa beliau adalah manusia biasa yang tak dapat mendakwakan sebagai yang baik dan sempurna seperti Tuhan, Ketika dipakukan pada tiang salib beliau berkata: ”Allah-ku, Allah-ku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Markus 15:34)
Andaikata Yesus adalah Tuhan, kepada siapa beliau tuju ketika beliau berseru “Tuhanku tuhanku” dan sebagainya? Tuhan mempunyai Tuhan adalah tidak dapat diterima.
Kepada muridnya beliau bersabda:“Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut aku, dan barangsiapa menyambut aku ia menyambut Dia yang mengutus aku”. (Matius 10:40 dan lihat juga Lukas 10:16 dan Yohanes 12:44). Siapa yang mengutus Yesus, seandainya beliau sendiri adalah Tuhan? Kata berikut ini dengan hasil sama.
“Ajaranku tidak berasal dari diriku sendiri tetapi dari Dia yang telah mengutus aku” (Yohanes 7:16)
dan juga:
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satuya Allah yang benar ddan mengenal Yesus Kristus yang telah engkau utus” (Yohanes 17:3).
Lebih lanjut:
“Supaya mereka menjadi satu, sama seperti engkau, yaa Bapak di dalam aku, dan aku didalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku” (Yohanes 17:21).
Lagi:
“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku. Kalau aku bersaksi tentang diriku sendiri maka kesaksianku itu tidak benar” (Yohanes 5:30-31).
Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan bahwa Yesus mengangap diri beliau sendiri sebagai seorang nabi yang diutus Tuhan. Terhadap mereka yang menentang beliau dan tidak siap mengakui dakwa beliau bersabda, “Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri, diantara kaum keluarganya dan dirumahnya”(Markus 6:4).
Menurut Yesus Tuhan maha Mengetahui. Tetapi beliau sebaliknya menganggap pengetahuan beliau sendiri terbatas. Beliau bersabda “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di Surga tidak, dan anakpun tidak, hanyaBapak saja” (Markus 13:22). Lagi ketika seorang ahli taurat menanyai Yesus apa perintah pertama, yesus menjawabnya. “Hukum yang pertama ialah: Dengarlah, hai anak Israil , Tuhan Allah kita , Tuhan itu Esa”(Markus:28:30), yang secara pasti mengutarakan perintah Tuhan yang tegas kepada bangsa Israil melalui Musa as dan sebab itu membuktikan secara pasti bahwa Tuhan pencipta segala sesuatu, sesorang harus mengasihi dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya, dengan segenap akal budinya, dan dengan segenap kekuatannya”.
(vide ulangan 6:4-9)
Anak Tuhan
Kenyataan bahwa Yesus mengangap diri beliau sendiri sebagai anak Tuhan bukan merupakan bukti ketuhanan beliau. Beliau mengangap seluruh manusia sebagai anak Tuhan. Beliau bersabda “dan janganlah kamu menyebut siapapun bapak di bumi ini,, karena hanya satu bapakmu, yaitu dia yang di surga” (Matius 23:9).
Beberapa keberatan menyatakan bahwa perkataan Tuhan diterapkan kepada Yesus Kristus, beliau unik dan jadi Tuhan-,. Tetapi hal ini tidak tepat, sebab dalam keluaran 7:1 Musa ditunjuk menjadi satu Tuhan kepada Firaun dan saudara beliau Harun sebagai nabi oleh Tuhan sendiri. Yesus Kristus disalahpahami oleh kaum Yahudi pada segi ini dan untuk alasan itu mereka terdorong untuk melempar beliau dengan batu, menjelaskan dakwa beliau sebagai kiasan dan bukan sebagai hal yang sebenarnya (Lahiriah). Kemudian kaum Yahudi mengambil batu lagi untuk melempari beliau. Yesus menjawab mereka, “banyak perkerjaan baik yang berasal dari Bapakku, yang kuperlihatkan kepadamu, pekerjaan manakah diantaranya yang menyebabkan kamu mau melampari aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari engkau, melainkan kerena engkau menghujat Allah dan karena engkau sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah”. Kata Yesus kepada mereka, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu, ‘Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah, sedang kitab suci tidak dapat dibatalkan-masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapak dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: engkau menghujat Allah! Karena aku telah berkata: aku anak Allah?” (Yohanes 10:30-36) teruskan dalam Mazmur 82:6)
Ungkapan anak Allah digunakan oleh orang-orang Yahudi bahkan sebelum kedatangan Yesus. Kenyataannya ungkapan ini adalah hal yang sangat tua (lama). Dalam Kejadian 6:2, anak-anak Tuhan telah mengambil anak-anak manusia sebagai istri-istri mereka. Mengenai Israil, selain itu dikenal sebagai Yakub, tertulis, “Israil adalah anak-Ku yang sulung” (Keluaran 4:22) Tentang Salomo yang membangun rumah Tuhan, kita baca, “Aku akan menjadi Bapak-nya dan dia akan menjadi anak-Ku” (2 Samuel 7:14). Kajian perjanjian lama dengan teliti membuktikan bahwa ungkapan anak Allah tidak pernah digunakan untuk Tuhan atau untuk menyatakan penyatuan hakiki dengan Tuhan ataupun keturunan jasmani dari Dia. Hal itu dipakai secara bebas dipakai untuk orang-orang suci, nabi-nabi dan raja-raja. Contohnya: Kepada Daud Tuhan berfirman: dalam Mazmur 2:7, “Anak-Ku engkau! Engkau telah kuperanakkan pada hari ini”. Timbul pertanyaan: adakah Yesus memperkenalkan suatu perubahan pada makna ungkapan ini? Bahkan penelusuran pada Injil akan memberi tahu kita bahwa Yesus tak berbuat begitu. Beliau menyebut pembuat damai sebagai anak-anak Allah (Matius 5:9). Beliau menganjurkan para pengikut beliau berbuat baik menjadi anak-anak Bapa-mu yang di Surga (Matius 5:45). Kita baca, “Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapa-mu yang di Surga adalah sempurna” (matius 5:48), “Mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah” (Lukas 20:36)
Maka jelas Yesus tidak pernah memperkenalkan suatu perubahan dalam istilah Yahudi dan perjanjian Lama. Dengan ungkapan anak Allah beliau selalu maksudkan orang baik dan benar (saleh). Yesus tentu saja anak Allahdalam makna ini. Beliau adalah seorang suci, seorang nabi sejati. Sedih untuk mencatat, bahwa arti baru telah diperkenalkan dalam ungkapan lama anak Allah yang digunakan Yesus seperti nabi-nabi Bani Israil terdahulu. Kini hal itu telah berubah jadi makna Tuhan atau oknum kedua dalam ketuhanan.
Ada empat jenis anak yakni: anak angkat, sejati (kandung), tiri, dan kiasan. Yesus tak dapat menjadi anak tiri atau anak angkat Tuhan, sebab Tuhan tidak punya Istri, tidak pula Dia akan diwarisi oleh seseorang. Tidak pula Yesus Kristus dapat menjadi anak sejati (kandung) Tuhan, Sebab beliau bukan berasal dari benih Tuhan dan Istri-Nya. Lukas menafsirkan keputraan beliau secara kiasan sebagai saleh (benar). (Lukas 23:47 dan Markus 15:39). Jika Yesus Kristus diangggap Anak Allah dalam arti sebenarnya sebab beliau lahir tanpa bapak, maka Ibrani 7:1-3 membuktikan kekeliruan ini. Disitu dinyatakan:
“Sebab Malkisedek adalah raja Salem dan Imam Allah yang Maha Tinggi, ia pergi menyongsong Abraham ketika kembali dari mengalahkan raja-raja dan memberkati dia. Kepadanya pun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Malkisedek pertama-tama raja kebenaran dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak ber-ibu, tidak bersilsilah, harinya tidak bertanggal dan hidupnya tidak berkesudahandan karena ia dijadikan sama dengan anak Allah., ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya”. Bukankah mengherankan bahwa beliau yang tak punya silsilah harus dikeluarkan dari Trinitas tetapi beliau yang mempunyai ibu dibumi dimasukkan?
Oknum Kedua Trinitas
Kadang-kadang dianggap bahwa Yesus ditetapkan dalam Matius 28:19 telah bersabda: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Rohkudus.” sebab itu beliau adalah oknum kedua Trinitas. Tempat pertama untuk menolak hal ini harus dicatat bahwa perkataan ini hanya tertulis di Matius dan tidak ada di tempat lain. Matius pandai melebih-lebihkan dan menurut Peak’s Commentary on the Bible hal 723 berikut catatan pada ayat yang dipersoalkan:
“Gereja dimasa permulaan tidak melaksanakan perintah seluruh dunia ini, bahkan seandinya mereka tahu itu. Perintah untuk membaptis dalam tiga nama itu adalah pengembangan doktrin kemudian”.
Dalam I Yohanes 5:7-8 didapati campur tangan serupa. Terbaca: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam Surga: Bapa, Firman dan Ruh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh, air dan darah, dan ketiganya adalah satu”. Revd. I.R. Dummelow’s Bible Commentary, page 1075 telah banyak mengatakan hal diatas: “Sangat pasti bahwa kata-kata ini bukan berasal dari teks asli. Kata-kaa itu ditemukan dalam naskah Yunani lebih awal daripada abad ke-4 dan dikutip oleh sebagian Paderi sebelum pertengahan abad ke-5. Paderi-paderi memahami ayat-ayat itu dalam bentuk aslinya menyimbolkan trinitas, suatu penafsiran yang mungkin telah disisipkan catatan pinggir pada mulanya dan sesudah itu dimasukkan ke dalam teks”. Peak’s Commentary on Bible page 920 juga memberi pandangan sama berikut ini: “Perkataan-perkataan di dalam Surga … di bumi didapati di dalam the Authorized Version (Kings James Version) bukan merupakan teks asli, tetap tanpa wewenang melalui campur tangan (dimasukkan).
Sumber: Brosur Was Jesus God or Son of God? Published by the London Mosque
Alihbahasa: Muharrim Awaluddin, Thailand