Saturday, 11 August 2012

DIALOG: MUSLIM-NASRANI-YAHUDI





Surat Al Baqarah ayat 136:

Quulu aamannaa billaahi wa maa unzila ilainaa wa maa unzila ilaa ibraahiima wa ismaa’iila wa is-haaqa wa ya’quuba wal asbthi wa maa uutiya muusaa wa ‘iisaa wa maa uutiyan nabiyyuuna mir rabbihim laa nufarriqu baina ahadim minhum wa nahnu lahuu muslimuun.

Katakanlah olehmu, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya’kub dan keturunannya, dan yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan kepada apa yang diberikan kepada sekalian Nabi dari Tuhan mereka; kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka, dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.

Pada tahun-tahun pertama Nabi Muhammad saw. berada di Yathrib, atau sekarang Medinah, senantiasa terjadi dialog yang menjurus pada polemik antara Nabi Muhammad saw. dengan orang-orang Yahudi, antara lain orang Yahudi menyesalkan mengapa orang Islam itu merubah kiblatnya dari Bait’l Maqdis di Yerusalem ke arah Masjid’l Haram di Mekkah, yaitu 17 bulan setelah Nabi saw. tinggal di Medinah. Orang Yahudi ini berusaha memperdayakan dengan mengatakan, bahwa semua mereka akan mau menjadi pengikut Muhammad kalau ia kembali ke kiblat semula. Berkenaan dengan hal ni firman Tuhan menyebutkan:
Sa yaquulus sufahaa-u minan naasi maa wallaahum ‘an qiblatihimul latii kaanuu ‘alaihaa qul lillaahil masyriqu wal maghribu yahdii may yasyaa-u ilaa shiraatim mustaqiim (2:142).

Orang-orang bodoh di antara manusia berkata, “Apakah yang menyebabkan mereka berpaling dari kiblat mereka, yang mereka telah berada di atasnya? Katakanlah, “Timur dan Barat kepunyaan Allah; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”


Wa ka dzaalika ja’alnaakum ummataw wasathal li takuunuu syuhadaa-a ‘alan naasi wa yakuunar rasuulu ‘alaikum syahiidaw wa maa ja’alnal qiblatal latii kunta ‘alaihaa illa li na’lama may yattabi’ur rasuula mim may yanqalibu ‘alaa ‘aqibaihi wa in kaanat la kabiiratan illaa ‘alal ladziina hadallaahu li yudhii’a iimanakum innallaaha bin naasi la ra-uufur rahiim. (QS 2:142)

Dan demikianlah Kami menjadikan kamu satu umat yang mulia supaya kamu menjadi penjaga manusia dan agar Rasul itu menjadi penjaga kamu. Dan, tidak Kami jadikan kiblat yang kepadanya dahulu engkau berkiblat, melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang berpaling di atas kedua tumitnya. Dan sesungguhnya hal ini berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan, Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kamu; sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia.

Pada saat sedang ramai-ramainya dialog atau polemic antara Nabi Muhammad saw. dengan orang-orang Yahudi, delegasi pihak Nasrani dari Najran tiba di Medinah yang terdiri dari satu rombongan besar yang menggunakan 60 buah unta dan kuda. Di antara mereka terdapat orang-orang terkemuka, orang-orang yang sudah banyak mendalami seluk-belum agama Nasrani mereka, di mana waktu itu para penguasa Romawi yang juga penganut agama Nasrani sudah memberikan kedudukan, memberikan bantuan harta, bantuan SDM serta membuatkan gereja-gereja dan kemakmuran bagi kaum Nasrani Najran itu.

Bagaimana jalannya dialog, yang seperti biasanya ngotot dan keras kepala dan tidak mau mengerti, tetapi di sini diberikan satu ilusi bahwa banyak kali segi materi ini dapat membunuh kehormatan, dapat mematikan perasaan serta dapat menutupi cahaya hati nurani manusia. Segi materi ini, yang tergambar dalam bentuk harta dan kekayaan, dalam kepalsuan gelar-gelar dan pangkat; inilah yang telah membuat seperti contohnya Abu Harita – salah seorang tokoh Nasrani Najran yang paling luas ilmu dan pengetahuannya, satu kali mengeluarkan isi-hatinya kepada salah seorang temannya, bahwa ia yakin bahwa apa yang dikatakan Nabi Muhammad itu adalah benar adanya.

Menjawab pertanyaan temannya: “Lalu, apalagi yang merintangi engkau dalam menerima ajaran Muhammad itu?” Ia menjawab: “Yang masih merintangi aku adalah disebabkan oleh apa-apa yang telah diberikan oleh orang-orang itu kepada kami.” Lihat saja: “Kami sudah diberikan kedudukan, diberi harta dan kehormatan; di mana yang mereka kehendaki dari kami adalah supaya kami itu menentang dan menolak Nabi ini!” “Kalau kuterima ajakan Nabi itu, tentu semua duniawi yang kaulihat itu akan dicabut dari kami!”

Demikianlah, mengapa orang-orang besar dan termasuk ulama-ulama itu tidak bisa menerima ajakan dari setiap Nabi Allah yang akan membawanya kepada kebenaran, karena mereka sudah terlibat di dalam materi keduniawian yang menampak bagi mereka sebagai manfaat, keuntungan dan kesenangan duniawi.

Allah Taala berfirman, antara lain dalam Surah Al ‘Ankabuut -29- ayat 38 dan lain-lain:
……Dan syaitan menjadikan indah perbuatan amal mereka, lalu syaitan menghalangi mereka dari jalan Allah yang benar, padahal mereka itu adalah orang-orang yang cerdik, memiliki pandangan.

... Wa zayyana syaithaanu ‘amaalahum fa shaddahum ‘anis sabiili wa kaanu mustabshiriin (29:38)

…… fa zayyana lahumushy syaithaanu a’maalahum fa huwa waliyyuhumul yauma wa lahum ‘adzaabun aliim. (QS. An Nahl, 16:63)

…… tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka itu indah bagi mereka. Maka, ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih.

Asysyatthaanu ya’idukumul faqra wa ya’murukum bil fahsyaa-i wallaahu ya’idukum maghfiratam minhu wa fadhlanw wallaahu waasi’un ‘aliim (Q.S. 2:268)
Syaitan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, dan menyuruh kamu berbuat kekejian, padahal Allah menjanjikan kepada kamu ampunan dan karunia dari-Nya. Dan Allah itu Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. (“Fahsyaa” adalah suatu perbuatan buruk, yang kadang-kadang hanya dia yang melakukannya sendiri yang mengetahuinya, sedangkan orang lain tidak melihatnya).

SAMBUTAN RAJA ARAB SAUDI KING ABDULLAH BIN ABDUL AZIZ AL-SAUD
PADA KONFERENSI TENTANG DIALOG DI MADRID SPANYOL, 16-18 JULI 2008.

Dengan sponsor Arab Saudi, selama 3 hari dari tanggal 16 sampai 18 Juli 2008 telah diselenggarakan Konferensi Internasional tentang DIALOG di Madrid, Spanyol dengan tujuan untuk menyatukan tiga agama Muslim, Kristen dan Yahudi, agar menjadi lebih dekat, paling tidak dalam sebuah forum.

Dalam sambutannya, Raja Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud mengatakan antara lain:
“Para saudaraku, kita harus mengatakan kepada dunia bahwa perbedaan itu tidak harus membuat kita bertikai.” Raja Arab Saudi meminta semua umat dari berbagai agama dunia agar menjauhi ekstremisme dan agar mendorong rekonsiliasi. Beliau mengatakan bahwa konflik besar dalam sejarah itu tidak disebabkan oleh agama, tetapi oleh orang-orang yang menafsirkan agama secara keliru. “Berbagai tragedy yang dialami itu bukanlah karena kesalahan agama, tetapi karena sikap ekstrimisme dan juga akibat berbagai system politik.”

Diskusi ini berlangsung ketika dunia sering menempatkan ke-tiga agama ini sebagai saling berseberangan.

No comments:

Post a Comment