Wednesday, 15 August 2012
Orang Yahudi dan Nabinya - Yusuf a.s.
Bismillahiirrahmanirrahiim
Betapa Ulama-ulama dan orang-orang Yahudi itu dalam memperlakukan Utusan Allah, Nabi Yusuf a.s.; semua mereka ragu dan setelah Nabi Yusuf a.s. tiada, mereka mengatakan “TIDAK ADA LAGI SETELAHNYA DIA (YUSUF a.s.)”. Kisah ini diterangkan di dalam Kitab suci Alqur-aan dengan pesan amanat bagi umat dan ulama belakangan ini jangan sampai meniru kelakuan dan itikad orang-orang Yahudi tersebut, dalam mensikapi dan memperlakukan Nabi Allah yang Utusan Tuhan itu.
Perilaku ulama-ulama Yahudi, dan juga Jinn, adalah seperti yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Alqur-aan, yang mengatakan bahwa sesudah beliau – yakni Nabi Yusuf as - Allah tidak akan pernah lagi mengangkat siapa pun yang akan menjadi Rasul:
Dan sungguh telah datang kepada kamu, Yusuf dengan keterangan –keterangan, maka kamu senantiasa dalam keraguan dari apa yang dibawanya kepadamu. Sampai ketika dia wafat, kamu berkata “Allah tidak akan mengutus seorang Rasul sesudahnya”. Demikianlah Allah menyesatkan orang yang melampaui batas, lagi ragu-ragu. (Al Mu’min, 40 : 34/35)
“Kesepakatan orang Yahudi adalah bahwa Nabi tidak ada lagi sesudah Nabi Musa a.s.” (Muslimus Subut II/170).
Jinn juga menyangka demikian (Alqur-aan):
Dan sesungguhnya mereka (Jinn itu) menyangka sebagaimana kamu menyangka bahwa Allah tidak akan membangkitkan seorang pun (Rasul) (Al Jinn, 72: 7/8).
Di tempat lain Tuhan, Allah SWT. sudah berfirman:
Ya banii aadama immaa ya’tiyannakum rusulum minkum yaqushshuuna ‘alaikum aayaatii fa manit taqaa wa ashlaha fa laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun – Wahai Bani Adam, jika datang kepadamu Rasul-rasul dari antaramu yang memperdengarkan Ayat-ayat-Ku (Tanda-tanda-Ku) kepadamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati (Al A’raaf, 7 : 35/36).
Yang perlu diperhatikan adalah, seruan dengan kata-kata “Hai Bani Adam atau Anak-cucu Adam” itu dialamatkan kepada umat di zaman Rasulullah saw., dan kepada generasi-generasi yang akan lahir kemudian nanti; jadi bukannya hanya semata-mata kepada umat yang hidup di masa silam di zaman Nabi Adam as. atau segera sesudahnya Nabi Adam a.s. meninggal.
Seruan “Hai Bani Adam” ini terdapat pada ayat-ayat lainnya di surah yang sama (Al A’raaf) antara lain:
7 : 31/32: Yaa banii aadama khudzuu ziinatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulluu wasy rabuu wa laa tusrifuu innahuu laa yuhibbul musrifiin - Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu di setiap tempat ibadah dan makanlah serta minumlah tetapi jangan berlebihan, Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.
7 : 26/27: Yaa banii aadama qad anzalnaa ‘alaikum libaasay yuwarii sau-aatikum wa riisyaw wa libaasut taqwaa dzaalika khairun dzaalika min aayaatillaahi la’allahum yadzdzakkaruun - Wahai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian penutup auratmu sebagai perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang terbaik. Hal demikian itu sebagian dari Tanda-tanda Allah, mudah-mudahan mereka mendapat nasihat.
Semua Alim Ulama Islam sepakat berpendapat bahwa seruan “Yaa banii aadama - Wahai bani Adam” di dalam Ayat-ayat tersebut adalah untuk semua anak-cucu Adam atau untuk semua umat manusia di sepanjang masa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment