Oleh : Sir Muhammad Zafrullah Khan
Telah menjadi kebiasaan Rasulullah saw. Bila seorang buruh berjabat tangan dengan beliau, beliau menggenggam teguh tangan buruh itu. Tangan Rasulullah saw. Sangat halus dan lembut. Beliau terus mengusap-usap tangan kasar dari tamu beliau atau orang yang menyalami beliau, sambil bersabda, “Tangan ini sangat dihargai oleh Tuhan”, yakni tangan yang bekerja keras untuk keperluan hidupnya.
Saya akan akhiri pembicaaraan saya dengan menceritakan suatu peristiwa, yang saya anggap sangat jelas menampakkan kerendahan hati dan rasa perikemanusiaan beliau. Peristiwa itu bertalian dengan orang yang bernama Zahid. Orang itu mungkin berkebangsaan Abyssinia, sebab ia disebut sebagai seorang yang berwajah hitam. Ia sangat miskin dan tinggal beberapa mil di luar Medinah dan bekerja sebagai tukang kebun sayur untuk dipasarkan, meskipun nama itu agak berlebih-lebihan untuk usahanya yang sangat tidak berarti itu. Pendek kata, ia memelihara sayur, yang kemudian membawa sejumlah bakul sayur dua-tiga kali sepekan ke kota dan memberi sebagian kepada Rasulullah sebagai penghormatan. Rasulullah saw. Sering mengatakan, Zahid adalah pinggiran kota kita dan kita adalah kotanya” dan biasa memberikan kepadanya sebagai hadiah barang suatu yang mudah didapat dikota, tetapi tidak diperoleh oleh Zahid di luar kota Medinah.
Pada suatu kali Rasulullah saw. Liwat di dekat kebun Zahid dan beliau melihatnya sedang mengurus sayurnya dalam terik matahari tengah hari dan banyak berkeringat karena panasnya. Rasulullah saw. Mengendap-endap mendekatinya dan seperti yang dilakukan seorang anak terhadap anak lainnya dalam permainan, beliau menutup mata Zahid dari belakang sambil menanyakan siapa orang yang sedang menutup matanya. Orang itu meraba-raba tangan Rasulullah saw. Dan merasakan tangan itu halus dan lembut dan dapat menerka dengan mudah bahwa yang menutup matanya itu adalah Rasulullah saw. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Dengan mengulurkan tangannya ke belakang ia menarik badan Rasulullah lebih dekat kepadanya. Ia mulai mengesek-gesekkan badan beliau kepada badannnya sendiri. Rasulullah saw. Terus tertawa, dan berseru : “Adakah yang mau membeli budak ini?” Orang itu bukan budak, tetapi Rasulullah saw. Bergurau dengannya secara itu. Orang itu berkata, “Siapa yang mau membeli hamba orang yang tak berguna ini?” Rasulullah saw. Menjawab, “Tidak, tidak demikian. Kamu sangat berharga dalam pandangan Tuhan”.
Hal itu menunjukkan bahwa Rasulullah saw. Menyerahkan diri kepada setiap orang yang datang kepada beliau dan bertemu dengan beliau. Jika beliau melihat, bahwa kehidupan mereka akan menimbulkan kesedihan pada mereka, maka dengan sikap kasih sayang demikian beliau membuat mereka pulang dengan rasa gembira dan bahagia.
No comments:
Post a Comment