Monday, 6 August 2012

Takwa: Dasar Pokok Kedamaian dalam Islam





Didalam Al-Quranul Karim diantara semua hukum yang paling ditekankan dibanding dengan hukum-hukum lainnya, adalah tentang takwa dan menjaga diri sendiri. Sebabnya adalah takwa memberi kekuatan untuk menghindarkan diri dari setiap keburukan, dan takwa memberi kekuatan kepada manusia untuk maju kedepan dalam amal kebaikan.
Dan latar belakang mengapa Tuhan memberi penekanan terhadap takwa, karena takwa adalah jaminan bagi manusia untuk mendapatkan keselamatan. Dan untuk terlindung dari setiap macam fitnah atau cobaan takwa adalah sarana kekuatan yang paling ampuh. Seorang yang bertakwa terlindung dari banyak sekali bahaya pertengkaran. Sedangkan yang lain, yang tidak bertakwa banyak terlibat di dalam pertengkaran dan perselisihan, sehingga kadang-kadang sampai membawa kepada kebinasaan. Dan disebabkan berbagai prasangka buruk dan sifat terburu-nafsu dapat menimbulkan perpecahan dikalangan bangsa, sehingga memberi kesempatan terhadap para penentang untuk melakukan serangan.
Jadi, takwa adalah dasar pokok agama. Ketika takwa memuncak dikalangan orang-orang
Islam masa awal, maka mereka mampu menyebarkan keselamatan dari Allah taala ke seluruh dunia. Dan orang-orang yang berjiwa suci pun terus terus bersama mereka sehingga Islam keluar dari negara Arab berkembang ke negara-negara Asia, sampai negara-negara Timur Jauh. Selanjutnya Islam mendapat kemajuan sampai ke benua Afrika dan benderanya terus berkibar sampai ke negara-negara Eropa.
Akan tetapi tatkala takwa semakin berkurang, keamanan dan kedamaian bertukar dengan sikap mementingkan diri sendiri (selfishness), kecintaan dan kasih sayang berganti dengan kekacauan dan kebencian, maka orang-orang muslim menjadi kosong dan hampa dari berkat-berkat ketakwaan itu, yang Allah taala tanamkan didalam hati orang-orang islam.
Allah taala – melalui perantaraan Rasulullah Muhammad saw – telah menurunkan ajaran yang terakhir kepada Yang Mulia Rasulullah saw untuk mengikis habis kekacauan dan kerusuhan. Sekarang juga ajaran inilah yang ditampilkan untuk merubah kegelapan menjadi cahaya terang-benderang. Sekarang juga ajaran inilah yang diamalkan untuk menyebar luaskan keselamatan dan mencegah keburukan dan kerusuhan. Meskipun orang-orang Islam zaman sekarang banyak yang telah terhindar dan hampa dari berkat-berkat ini, yang disebabkan oleh takwa yang lepas dari dalam hati mereka, dan tindakan mementingkan diri sendiri serta kebencian, setiap hari kian terus meningkat. Akan tetapi Allah taala telah berjanji kepada Nabi Muhammad saw pembawa syari’at terakhir, untuk memenangkan Agama Islam diatas agama-agama lain diseluruh dunia. Dan bagaimanapun Allah taala tidak akan menarik kembali janji-Nya ini. Jika terjadi kelemahan didalam usaha itu, maka penyebabnya hanyalah karena kosongnya takwa di dalam kalbu orang Islam. Di dalam Islam tidak terdapat sesuatu kekurangan apapun.
Maka dengan ketakwaan setiap muslimlah yang akan mampu mengembalikan warisan iman yang sudah menghilang dari dalam kalbu umat Islam itu. Maka kewajiban setiap muslim untuk menyebar luaskan amanat keselamatan ke setiap penjuru dunia. Dan pengertian ini harus disematkan ke dalam hati setiap orang bahwa Islam bukanlah agama terorisme, atau agama kekerasan, melainkan agama yang mengembangkan kecintaan dan kasih-sayang. Islam menegakkan ajaran kedamaian dan keselamatan disetiap lapisan masyarakat. Di tingkat negara dan bangsa-bangsa di dunia, Islam menegakkan ajaran kedamaian dan keselamatan yang begitu indah sehingga tidak ada yang mampu membandingkan dengan ajaran agama lain dan memang tidak akan dapat dibandingkan dengan agama apapun di dunia. Dan tidak pula agama lain mampu menegakkan ajaran seperti itu. Dengan mengamalkan ajaran yang indah seperti inilah kedamaian dan keamanan dunia dapat ditegakkan.
Sejak perang dunia ke II, untuk menegakkan kedamaian dan keamanan dunia telah dibentuk sebuah perkumpulan dengan nama United Nations Organization (UNO) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) namun kita lihat bagaimana hasilnya. Didalam perserikatan itu para pakar yang cerdas-cerdas bekerja sama membuat berbagai macam program dan rencana-rencana yang besar, mendirikan berbagai macam komite, mendirikan konsul keamanan (security councel), supaya melalui konsul ini keamanan dunia dapat ditegakkan dan persengketaan antara negara dapat diselesaikan, mengadakan survey tentang ekonomi karena hal ini dapat menjadi sebab timbulnya kerusuhan juga, dan untuk itupun telah didirikan sebuah konsul tersendiri. Dan juga telah didirikan juga sebuah pengadilan Internasional, dan lain sebagainya.
Akan tetapi walaupun telah dibentuk berbagai macam komite, kita menyaksikan apa yang tengah terjadi didalam dunia sekarang ini, mereka menghadapi kegagalan. Semua kegagalan itu disebabkan tidak adanya taqwa didalam hati mereka. Beberapa Bangsa menjadi sombong dan takabbur disebabkan mempunyai kekayaan, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, kekuatan ilmu pengetahuan lebih dari bangsa-bangsa lain, atau menganggap diri mereka menjadi negara yang paling aman di dunia sehingga merasa lebih unggul daripada negara lain. Mereka membagi kedudukan wakil tetap dan kedudukan wakil non tetap atau sementara, sehingga tidak mungkin akan terjadi keadilan diantara mereka tanpa ada pandangan mata rohani, tanpa pertolongan Allah taala dan tanpa adanya ketakwaan. Karena keputusan mayoritas mempunyai kekuasaan, maka jika kepada kelompok yang kuat ini diberi kekuasaan untuk membuat keputusan, keputusan itu tidak dapat menjadi penyebar keselamatan.
Maka jika dunia ingin memberi keputusan tentang keselamatan, mereka harus mengikuti ajaran yang telah diberikan oleh Allah taala kepada Rasulullah saw. Yang didalamnya terdapat takwa sebagai syarat.
Di dalam Surah Al Hujurat ayat 13 Allah taala berfirman :
ياَيُّهَاالنَّاسُ اِنَّا خَلَقْنَـكُمْ مِنْ ذَكَرٍوَّاُنْثى وَجَعَلْنـكُمْ شُعُوْبًا
وَّقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللهِ اَتْقـكُمْ اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah membuat kami berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.”
Itulah ajaran Islam tentang persaudaraan. Dan itulah perintah Allah Allah untuk menegakkan persaudaraan secara Islam dan untuk menegakkan keselamatan di seluruh dunia. Setiap orang mu’min yang bertakwa kepada Allah diperintahkan untuk menerapkan ajaran persaudaraan ini pada dirinya sendiri secara sempurna dan untuk menyebarkannya keseluruh dunia. Inilah perintah yang dapat menjalin kecintaan dan kasih-sayang serta persamaan satu dengan lain. Kalau tidak berapapun banyaknya komite keamanan dibentuk mereka tidak akan mampu mengatasi keresahan didalam bangsa-bangsa di dunia, karena negara-negara super power telah menempatkan diri mereka jauh lebih berkuasa dari negara-negara lain. Maka keselamatan dan kedamaian dunia dapat terjamin dan keresahan bangsa-bangsa dapat diatasi apabila sikap kedustaan dan kezaliman sudah dapat dihapuskan dari kalangan mereka. Keresahan bangsa-bangsa di dunia tidak akan dapat dihapuskan selama takabbur karena darah keturunan, dan karena darah kebangsaan belum dikeluarkan dari dalam benak mereka.
Semua Manusia Sama di sisi Tuhan.
Di dalam dunia ini, keamanan dan kedamaian tidak dapat ditegakkan selama di dalam pikiran setiap jenis keturunan, setiap jenis bangsa, setiap penduduk negara ataupun para pemegang pemerintahan belum tertanam kesadaran bahwa mereka semua adalah berasal dari anak keturunan Adam yang sama dan mereka dilahirkan dari pasangan jenis laki-laki dan perempuan. Dan kedudukan kita semua sebagai manusia adalah sama disisi Tuhan. Jika dalam pandangan Tuhan, seseorang dianggap mulia tiada lain adalah karena ia seorang bertakwa kepada-Nya. Dan nilai ketakwaan seseorang tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah taala sendiri. Tidak ada orang yang patut mengatakan dirinya sebagai orang bertakwa dan dia tidak dapat mengukur atau menilai ketakwaan dirinya sendiri.
Jadi pesan Alquran kepada dunia adalah jelas, bahwa kedudukan kita dan martabat kita lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain, bukan karena keturunan, bukan karena bangsa, bukan karena warna kulit, bukan karena kekayaan dan tidak pula karena kelebihan martabat kita ditengah-tengah masyarakat, bukan karena kekuasaan suatu bangsa menjajah bangsa yang lemah, dari pandangan dunia mungkin saja dianggap kelebihan, akan tetapi dipandangan Tuhan tidak mempunyai hakikat apapun. Dan setiap perkara yang tidak diterima disisi Allah taala, tidak akan berhasil mengusahakan sesuatu maksud yang baik sekalipun menggunakan fasilitas yang sangat cukup dan baik.
Sesuai ajaran Islam semua keturunan manusia adalah sebuah keluarga. Dan apabila semuanya tinggal dalam bentuk satu keluarga, maka tentu akan saling memperhatikan keselamatan dan kedamaian satu sama lain sebagaimana lazimnya anggota keluarga tinggal saling cinta-mencintai satu sama lain.
Didalam ayat itu Allah taala hanya memberi pandangan tentang kabilah atau bangsa, supaya dapat saling mengenal satu sama lain, misalnya ini bangsa Pakistan, ini bangsa Inggris, bangsa German, ini bangsa Afrika, sedangkan sebagai manusia kita semuanya sama. Perasaan orang kaya sama seperti perasaan orang miskin sebagai manusia. Perasaan yang dimiliki orang-orang Eropa perasaan itu juga yang dimiliki orang-orang Afrika dalam kedudukannya sebagai manusia. Perasaan yang dimiliki orang-orang Timur perasaan itu juga yang dimiliki oleh orang-orang Barat dalam kedudukan mereka sebagai manusia. Maka setiap orang harus menghargai perasaan yang lain. Jika saling menghargai perasaan satu sama yang lain pasti akan dapat hidup bersama-sama dalam kedamaian dan keselamatan.
Maka setiap bangsa yang diberi keistimewaan oleh Allah taala, biasanya setiap bangsa mempunyai ciri khas masing-masing, maka ambillah manfaat sebesar-besarnya daripadanya supaya suasana kecintaan dan kasih-sayang satu sama lain dapat diciptakan untuk selama-lamanya. Maka hal itulah kriteria untuk menciptakan keselamatan secara kekal sesuai dengan ajaran Islam. Kalau tidak, sebagaimana telah saya katakan berapapun banyaknya konsul-konsul keamanan atau organisasi-organisasi telah didirikan untuk menegakkan kedamaian dan keselamatan yang kekal tidak akan berhasil. Dan ajaran Islam ini bukan terbatas hanya sebagai teori saja, namun sejak zaman Rasulullah saw ajaran itu telah diamalkan, beliau sangat mencintai rakyat miskin dan kasih-sayang terhadap anak-anak yatim, kasih sayang terhadap para sahaya, dan membela hak-hak masyarakat lemah tak berdaya, membebaskan budak-budak belian, menempatkan kedudukan mereka didalam masyarakat. Bilal r.a. Seorang budak belian berasal dari Afrika telah dibela haknya untuk dibebaskan dari majikannya, akan tetapi pada waktu itu tidak ada masalah identitas kebangsaan didalam masyarakat. Karena Rasulullah saw telah menempatkan kedudukan Bilal r.a. begitu luhur sehingga Khalifah Umar telah memanggil beliau dengan sebutan Sayyidina Bilal. Demikianlah caranya memberi standar kedamaian dan keselamatan ditengah masyarakat.
Didalam Hujjatul Wida (Khutbah Haji terakhir) Rasulullah saw secara terbuka telah bersabda: “Kamu semua adalah anak cucu Adam, oleh karena itu, Bangsa Arab tidak mempunyai kemuliaan secara istimewa diatas orang-orang Non Arab dan tidak pula orang-orang Non Arab mempunyai kelebihan diatas orang-orang Arab. Demikian juga halnya keturunan atau warna kulit bukan kelebihan atau keistimewaan sesuatu bangsa atau kaum.” Demikianlah masyarakat yang indah yang telah diciptakan oleh Rasulullah saw. Dan masyarakat seperti inilah yang harus dibina setiap muslim dalam kehidupan bermasyarakat baik tingkat mayarakat lokal maupun internasional.
Ajaran Kedamaian Islam
Setelah itu Allah taala telah menurunkan perintah untuk menciptakan kedamaian dan keselamatan dunia, yang cukup untuk menutup mulut orang-orang yang menuduh Islam dikembangkan dengan pedang dan memberi perintah untuk melakukan teror. Sebaliknya Allah taala memberi perintah kepada kaum muslimin untuk tidak melakukan tindakan sembarangan dan kekerasan terhadap mereka yang tidak memerangi kita, berbuatlah baik terhadap mereka dan perlakukanlah mereka secara adil sesuai dengan hukum Islam, baik mereka itu orang-orang Yahudi ataupun Nasrani atau penganut agama apapun.
Seperti firman-Nya didalam Al-Qur’an surah Al Mumtahinah ayat 8 sebagai berikut :
لاَيَنْهـكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْاكُمْ فِىالدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ
وَتُقْسِطُوْااِلَيْهِمْ اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“ Allah tidak melarang kamu berbuat baik terhadap mereka yang tidak memerangi kamu disebabkan agama-mu dan yang tidak mengusir kamu dari negerimu; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Didalam ayat ini terdapat isyarah juga terhadap perintah, seperti yang terdapat didalam surah lain, jika untuk mencegah kerusuhan kita harus mengangkat senjata, maka kita dapat melakukannya. Dalam kapasitas sebagai bangsa atau pemerintah, bisa saja suatu Negara mengumumkan perang terhadap orang-orang yang berbuat kerusuhan dan mengangkat senjata untuk memerangi Negara tersebut. Akan tetapi dengan izin ini bukan pula dimanfaatkan mengambil kesempatan memerangi mereka yang tidak ikut berperang, tidak melakukan kerusuhan, yang tidak berusaha untuk menghancurkan, maka untuk keadaan seperti itu kewajiban suatu Negara adalah berlaku adil dan berbuat kebaikan terhadap mereka dan berlaku ramah terhadap mereka. Itulah perintah yang Allah taala telah turunkan kepada kita. Pengumuman perang hanya dilakukan terhadap mereka yang benar-benar bertujuan untuk membuat kerusuhan dan melakukan serangan terhadap kita. Allah taala tidak memberi izin untuk bersahabat dengan mereka dan tidak pula Dia mengizinkan untuk mencintai mereka. Akan tetapi terhadap mereka yang tinggal dengan aman dan netral, Allah taala tidak mengizinkan untuk memerangi.
Dalam hal ini harus dijelaskan juga bahwa sesuai dengan ajaran Islam, mengumumkan perang terhadap musuh atau membangkitkan reaksi terhadap mereka adalah tugas pemerintah bukan tugas perorangan atau kelompok-kelompok kecil maupun besar. Jika terjadi pelanggaran, maka didalam pemerintahan itu sendiri akan timbul sebuah huru-hara yang membahayakan. Dan dengan sangat disesalkan hal inilah yang sekarang sedang terjadi di banyak negara orang-orang Islam di dunia. Kita dapat menyaksikan bahwa mereka membuat kerusuhan didalam negeri mereka sendiri. Dengan demikian nama baik agama dan orang-orang muslim sendiri sudah menjadi sangat tercemar.
Ajaran Islam untuk tidak Saling Memaki dan memburuk-burukkan
Ada lagi perintah dari Allah taala yang sangat penting sekali berkaitan dengan dunia Internasional khususnya dengan konsul keamanan Internasional; sebagaimana Allah taala berfirman didalam Al-Qur’an surah Al An’am ayat 108 sebagai berikut :
وَلاَ تَسُبُّوْا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًا بَغَيْرِعِلْمٍ
كَذَالِكَ زَيَّنَّ لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ اِلى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بَمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“ Dan janganlah kalian memaki apa yang diseru mereka selain Allah, maka mereka akan memaki Allah karena rasa permusuhan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menampakkan indah kepada tiap-tiap ummat amalan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, maka Dia akan memberitahukan kepada mereka apa-apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Dalam ayat ini betapa indahnya Allah taala mengajarkan adab dan sopan santun terhadap penyembah berhala sekalipun bahwa janganlah kita mencaci maki berhala-berhala orang musyrik, karena dengan itu mereka akan ballik mencaci-maki Tuhan kita, karena memang mereka tidak tahu siapa Tuhan kita ini !
Lihatlah, sekalipun menurut ajaran Tuhan, berhala itu tidak mengandung arti apa-apa, namun Allah taala telah mengajarkan akhlak kepada orang-orang muslim agar jangan mengeluarkan kata-kata buruk terhadap patung-patung persembahan orang-orang musyrik. Berilah mereka pengertian dengan lemah-lembut agar mereka faham dan tidak melemparkan caci maki terhadap Tuhan dengan mulut kasar. Untuk menjaga keamanan, caci-maki mereka jangan ditanggapi, lebih baik diam.
Demikianlah perintah Islam demi menegakkan kedamaian dan keselamatan di dalam masyarakat diatas dunia ini. Jika setiap keburukan dijawab dengan keburukan lagi, berarti menimpakan keburukan itu pada diri sendiri. Penentang Islam yang menghina dijawab dengan penghinaan lagi, akhirnya penghinaan itu dapat mereka lemparkan kepada pemimpin kita. Permisalan yang diberikan kepada orang-orang muslim itu sangat keras artinya bahwa setiap perkataan mereka harus mengandung hikmah, bila saja mereka berkata-kata. Namun jangan menunjukkan sifat pengecut dan jangan ada segi kemunafiqan didalamnya melainkan harus berpegang dengan sesungguhnya kepada perintah Allah taala tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Allah taala dengan perumpamaan-Nya yang begitu keras memberi pengertian kepada kaum muslimin, bahwa dengan memberi jawaban yang salah akan mengakibatkan Tuhan kita akan menjadi sasaran caci-maki mereka itu. Dan karena ghairat orang-orang muslim terhadap Tuhan sangat tinggi, maka biasanya akan tersayat hatinya mendengar caci-maki mereka itu. Maka jika kita memberi jawaban yang salah sehingga mereka menghina Tuhan, maka kitalah yang akan bertanggung jawab atas perbuatan mereka itu. Demikian juga jika kita mengeluarkan kata-kata tidak baik terhadap para pembesar, atau para pemimpin mereka, maka merekapun akan membalas dengan serangan terhadap para pemimpin kita.
Berkenaan dengan hal itu terdapat sebuah hadis bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Janganlah kamu memaki bapakmu sendiri! Seorang bertanya, Ya Rasulullah! Siapa yang memaki bapaknya sendiri? Beliau bersabda: Jika kamu memaki bapak seseorang, maka dia akan menjawab dengan memaki bapak kamu. Hal itu sama saja dengan memaki bapak kamu sendiri.!”
Demikianlah ajaran Islam untuk mencegah keburukan dan untuk menyebar luaskan keselamatan dan kedamaian dimuka bumi.
Cara menghadapi Olok-olok kaum Kafir
Fenomena yang sekarang kita hadapi adalah bagaimana menghadapi mereka yang tidak mau berhenti memperolok-olokkan dan menghina Islam. Bagaimana usaha yang harus dilakukan terhadap mereka itu? Tentang ini Allah taala telah memberi tahu bahwa kita harus berbicara dengan etika kesopanan yng baik terhadap orang-orang yang bernasib malang itu, kita harus menampilkan perilaku Islam yang sesungguhnya didepan mereka. Sehingga mereka akan terkesan bahwa kita orang baik-baik.
Pada akhirnya setelah meninggalkan dunia ini merekapun akan kembali kepada Tuhan. Apabila mereka akan berjumpa dengan Allah taala, maka Allah taala sendiri akan membalas apa yang mereka lakukan didunia ini. Allah taala berfirman didalam Al-Qur’an surah Al Qaf ayat 24-26 sebagai berikut :
اَلْقِيَا فِى جَهَنَّمَ كُلَّ كّفَّارٍ عَنِيْدٍ-
مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ مُّرِيْبٍ-
اَلَّذِيْ جَعَلَ مَعَ اللهِ اِلَـهًا اَخَرَ فَاَلْقِيَـهُ فِىالْعَذَابِ الشَّدِيْدِ
“Kami berfirman kepada keduanya, “Campakkanlah oleh kamu berdua kedalam neraka setiap musuh yang ingkar akan kebenaran-Penghalang kebaikan, pelanggar batas, peragu- Yang menjadikan persembahan lain disisi Allah, maka campakkanlah dia oleh kamu berdua kedalam azab yang sangat keras.
Demikianlah bagaimana Allah taala akan berlaku terhadap mereka dihari akhirat nanti. Pekerjaan apapun yang Allah taala sendiri telah mengambil tanggung jawab atasnya, kita tidak perlu khawatir tentang itu.
Sekarang dunia Islam sedang disibukkan dalam upaya sentimen terhadap Agama Islam, misalnya Salman Rushdi, pelecehan Nabi Muhammad saw dengan memuat kartun-kartun yang mencemoohkan, atau Geert Wilders dengan film Fitna nya. Orang-orang seperti dia ini setidak-tidaknya mesti ada yang mereka sembah. Apakah berupa organisasi dunia ataupun berupa manusia yang dianggap sangat besar olehnya atau suatu pemerintahan dunia yang dianggap sebagai sembahannya. Untuk orang semacam inipun Allah taala sudah menyediakan urusannya.
Dengan melakukan tindakan kerusuhan atau menganggap bunuh diri melawan mereka diperbolehkan atau reaksi dari pihak kita harus begini dan begitu, dengan mengumbar slogan-slogan, maka hal demikian sesungguhnya justru telah mencoreng nama baik Agama Islam sendiri. Dengan menampilkan perlakuan demikian tidak akan membawa hasil apapun untuk agama selain nama buruk. Atau dengan dilakukannya tindakan-tindakan kerusuhan atau protes-protes tidak membawa kemaslahatan apapun melainkan hanya kerugian.
Mereka yang telah melakukan penghinaan terhadap Islam atau terhadap Rasulullah saw, sebenarnya mereka telah melakukan penghinaan terhadap para Malaikat dan terhadap Allah taala. Untuk Rushdi yang telah membuat tulisan sangat menyerang dan menghina itu beberapa tahun sebelum ini, sekarang sebuah pemerintah apapun alasannya, tanpa menghiraukan perasaan orang-orang muslim diseluruh dunia telah memberikan piagam atau penghargaan sebagai hadiah kepada orang seperti itu, maka urusannya dia akan berhadapan dengan Tuhan dan Tuhan akan bertindak sendiri terhadapnya.
Hal itu terjadi bukan berarti kebaikan telah lenyap di Eropa, atau di Eropa sudah tidak ada lagi orang-orang baik. Masih banyak orang-orang yang baik hati, di Inggris sendiri banyak orang-orang baik, sehingga para anggota parlemen Inggris sangat keberatan terhadap kejadian ini. Mereka mengatakan dengan memberikan piagam penghargaan itu tidak ada faedahnya sama sekali, bahkan akan memicu suasana pergolakan yang akan menghancurkan kedamaian dan keselamatan dunia.
Beberapa tahun yang lalu sekitar 10 tahun yang lalu, ketika ia menulis sebuah buku penghinaan itu, dia tidak berdiri sendiri, banyak orang berdiri dibelakangnya sebagai master-mind nya untuk melakukan penghinaan terhadap Islam. Banyak orang yang telah menyelidiki dan hasilnya membuktikan bahwa dia dipicu oleh sekelompok orang untuk mengadakan persekongkolan yang sangat besar dan berbahaya untuk menghasut dan membakar kemarahan ummat Islam seluruh dunia. Mereka ingin mengambil faedah yang jahat dibalik reaksi kemarahan ummat Islam seluruh dunia.
Sekarang jika timbul reaksi dari beberapa kelompok Islam kemudian berhenti lagi, tidak ada faedahnya sedikitpun. Dengan membakar bendera-bendera, mengadakan protes dimana-mana, hal itu tidak dapat melemahkan persekongkolan mereka yang begitu luas dan besar serta tersusun rapi. Dengan melakukan tindakan yang demikian ingin mencapai maksud yang semu, bagaimana akan berhasil, bahkan langkah tersebut justru seakan memberi dukungan terhadap tuduhan musuh-musuh Islam bahwa Islam adalah sebuah agama kekerasan.
Reaksi sebenarnya yang harus dilakukan oleh ummat Islam adalah kita harus menerapkan ajaran Islam yang sejati diatas diri kita sendiri lebih dari waktu sebelumnya. Supaya mulut dunia berhenti dengan sendirinya dari tuduhan-tuduhan palsu mereka. Dan banyak-banyaklah mengirim sholawat kepada Yang Mulia Rasulullah saw, supaya umat beliau semakin meningkat maju. Tampilkanlah tauladan suci beliau kepada dunia.
Dasar Keselamatan Dunia
Hukum Allah taala didalam Al-Qur’an mengatakan bahwa dasar keselamatan dunia adalah keadilan. Bagaimanakah standar keadilan itu? Tentang ini Allah taala berfirman didalam surah Al Maidah ayat 8 sebagai berikut :
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْاكُوْنُوْاقَوَّامِيْنَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاَنُ قَوْمٍ
عَلَى اَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْاهُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.
Permusuhan Kaum yang memusuhi kita, jangan menghentikan kita dari bersikap adil terhadap mereka. Tetaplah berdiri diatas keadilan karena disitulah letaknya Taqwa. Kita semua menyadari betapa susahnya berlaku adil terhadap bangsa-bangsa yang membenci tanpa hak, menyakiti, menumpahkan darah dan mengusir dan membunuh anak-anak dan perempuan-perempuan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir Mekkah terhadap orang-orang muslim. Akan tetapi Al-Qur’an tidak menyia-nyiakan hak mereka sekalipun hendak membunuh, bahkan mewasiatkan untuk berlaku adil dan jujur terhadap mereka. berlaku baik terhadap musuh mudah sekali, namun menjaga hak-hak musuh dan bersikap adil terhadap mereka adalah pekerjaan yang sangat susah dan hal itu merupakan pekerjaan orang-orang pemberani. Berbicara sambil santai dan dengan sopan terhadap musuh adalah pekerjaan mudah saja. Akan tetapi bersikap adil terhadap mereka dan melupakan permusuhan mereka adalah pekerjaan yang sungguh besar dan susah. Pekerjaan yang memerlukan hati yang betul-betul kuat dan tegar.
Di dalam ayat ini Allah taala tidak membahas masalah kecintaan akan tetapi standar kecintaanlah yang dibahas. Maka orang yang berlaku adil terhadap musuh yang sekalipun hendak membunuhnya dan ia tidak memberi maaf terhadapnya ia tidak dapat mencintainya dengan sesungguhnya. Dan memang Allah taala tidak memerintahkan agar mencintainya, namun standar kecintaan kita harus ditunjukkan walaupun musuh itu sudah melampaui batas kejahatannya seperti perlakuan orang-orang musyrik Mekah terhadap orang mu’min dan terhadap Rasulullah saw, mereka menyiksa, menganiaya dan membunuh orang-orang mukmin. Namun demikian firman-Nya, terhadap orang-orang demikianpun kita harus berlaku adil. Dengan cara demikian kecintaan dapat tumbuh berkembang. Itulah kecintaan sejati yang akan mampu mengembangkan amanat kedamaian dan keselamatan yang sesungguhnya keseluruh dunia.
Demikianlah standar ajaran Islam yang sejati. Apabila kecintaan sejati dan tuntutan keadilan dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya maka keselamatan Islam sejatipun dapat dikembangkan. Tauladan yang sangat indah Rasulullah saw-lah disaat terjadi fatah Mekkah yang telah menarik pembesar-pembesar kuffar Mekah masuk kedalam pangkuan Islam. Tauladan suci beliau itu telah menjadi sumber keselamatan bagi musuh-musuh beliau.
Pengumuman yang beliau kumandangkan :
لاَ تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ
Tiada celaan lagi atas kamu pada hari ini !!
keselamatan sejati semakin harum semerbak memenuhi lorong-lorong kota Mekah dan keharumannya berlanjut semerbak kemana-mana.
Itulah sarana yang diperlukan untuk menegakkan kedamaian dan keselamatan dunia. Kalau tidak, berapapun banyaknya negara-negara besar dunia yang mencintai keadilan, namun mereka hanya menjadi alat persekongkolan belaka dan mereka hanya menjadi kaki-tangan negara-negara kuat yang menguasai ekonomi dunia. Sekalipun secara teori mereka menyerukan dan menggembor-gemborkan untuk menciptakan keamanan dan kedamaian dunia, akan tetapi praktek sebenarnya, mereka telah menciptakan berbagai macam kerusuhan dan keresahan baik didaratan maupun dilautan.

No comments:

Post a Comment