Saturday, 21 July 2012

BAHAGIAN 2: AL QURAN MEMBUKA TABIR

Nubuatan-nubuatan Yang Berkaitan Dengan Masa Depan Yang
Segera Dan Yang Jauh Di Masa depan
Setelah mengulas singkat tentang beberapa kejadian penting dari sejarah
Mesir dalam masa Nabi Musa a.s. yang selama ini tersembunyi sampai
dengan turunnya Al-Quran, kini kami akan mengemukakan beberapa
nubuatan wahyu Al-Quran berkaitan dengan banyak peristiwa lain.
Nubuatan ini berkaitan dengan beberapa bidang minat manusia tentang
perkembangan sosial, keagamaan dan politis disamping juga tentang
temuan-temuan akbar di bidang pengetahuan yang bisa merubah wajah
bumi.

Sebagian dari nubuatan-nubuatan itu juga mencakup perubahan ekologi
dan lingkungan yang ditimbulkan oleh temuan ilmiah di masa depan dan
menyebarnya perindustrian. Ada daftar panjang dari nubuatan-nubuatan
demikian yang sebagian terbesar terdapat pada surah-surah terakhir Al-
Quran walau tidak secara eksklusif demikian. Pembahasan ini tidak
dimaksudkan menjadi sangat mendetil. Sebagian dari ayat-ayat Al-Quran
ini telah dijelaskan dan diuraikan melalui banyak Hadith Hazrat
Rasulullah s.a.w. Kami hanya akan memilih beberapa spesimen nubuatan
saja yang termasuk kategori lain. Nubuatan yang berkaitan dengan sarana
transportasi baru serta dampaknya yang luas akan dibahas di bagian akhir
bab ini karena nilai globalnya yang demikian penting.
Guna memelihara runtutan kronologis, kami akan memulainya dengan
nubuatan yang dipenuhi masih dalam rentang waktu masa kehidupan
Hazrat Rasulullah s.a.w. Sebagian daripadanya berkaitan dengan kembalinya beliau ke Mekah setelah terpaksa hijrah. Semua ayat-ayat demikian bahkan diwahyukan sebelum beliau hijrah ke Medinah dimana secara sekaligus menubuatkan keberangkatan beliau dan kembalinya nanti. Ayat berikut ini dari surah (Al-Qashash) yang diwahyukan sebelum hijrah beliau dari Mekah ke Medinah.

Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan ajaran Al-Quran
atasmu, akan mengembalikan dikau ke tempat kembali yang
telah ditetapkan. Katakanlah “Tuhan-ku lebih mengetahui siapa
yang membawa petunjuk dan siapa yang ada dalam kesesatan
yang nyata.” (S.28 Al-Qashash:86) 4

Nubuatan tentang kembalinya beliau ke Mekah sebelum keberangkatan ke
Medinah sebenarnya mengandung nubuatan bersifat ganda.
Memperhatikan bertambah buruknya situasi yang menyulitkan kehidupan
bagi beliau dan para pengikut di Mekah, bagi para pembaca tentunya
menganggap hijrah sebagai suatu konklusi yang logis. Namun suatu hal
yang jangan dilupakan ialah unsur yang mentakjubkan dari nubuatan ini
justru bukan tentang hijrah tersebut. Unsur keajaibannya adalah pada
perlawanan terbuka terhadap kemauan dan kekuasaan penduduk Mekah
yang tidak mau mengizinkan beliau hijrah menurut yang dinubuatkan
tersebut terjadi. Begitu juga dengan bertambah kerasnya tekad penduduk
Mekah untuk menghalangi Hazrat Rasulullah s.a.w. melepaskan diri
adalah juga faktor-faktor yang menafikan bahwa nubuatan tersebut buatan
Hazrat Rasulullah s.a.w. sendiri dalam keadaan ketiada-berdayaan sama
sekali. Janji Ilahi lainnya bahwa beliau pasti akan kembali ke Mekah
sebagai pertanda kebenaran yang menjadi ciri beliau, termaktub dalam
ayat berikut:

Dan katakanlah “Ya Tuhan-ku, masukkanlah daku dengan cara
masuk yang baik dan keluarkanlah daku dengan cara keluar
yang baik. . . (S.17 Bani Israil:81) 5

Contoh ketiga bagimana kembalinya beliau ke Mekah dengan membawa
kemenangan akhir sudah dinubuatkan bahkan sebelum hijrah itu sendiri
terjadi adalah yang terdapat dalam beberapa ayat awal dari surah Ar-Rum
yang semuanya sependapat diwahyukan sebelum Hijrah.

Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang dekat dan
mereka, sesudah kekalahan mereka akan memperoleh
kemenangan. Dalam beberapa tahun lagi - kepunyaan Allahlah
kedaulatan sebelum dan sesudahnya - dan pada hari itu
orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan pertolongan
Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia
Maha Perkasa, Maha Penyayang.’ (S.30 Ar-Rum:3-6) 6

Ayat di atas merujuk pada kekalahan teritorial bangsa Romawi di tangan
bangsa Persia. Ayat ini menggambarkan bahwa kemenangan bangsa Persia
hanya bersifat sementara dimana setelah beberapa tahun kekalahan
bangsa Romawi akan berubah menjadi kemenangan.
Dan pada hari itu orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan
pertolongan Allah.’ Implikasi ayat ini berkaitan dengan nasib para
mukminin jelas sekali. Ketika tak lama setelah wahyu ini kemudian umat
Muslim kehilangan rumah dan harta-bendanya kepada para penyembah
berhala di Mekah, sebagaimana bangsa Romawi dikalahkan oleh para
penyembah berhala bangsa Persia, terjadi konsensus di antara para
sahabat bahwa segera seperti juga kemenangan bangsa Romawi, umat
Muslim juga akan memenangkan kembali teritorial Mekah.

Pemahaman ini bersifat merata di antara para sahabat Hazrat Rasulullah
s.a.w. Perbedaan yang ada hanyalah tentang rentang waktu kapan
nubuatan itu akan dipenuhi. Kontroversi tersebut muncul dari ekspresi
bidh’i siniina’ . Secara harfiah, kata itu mengandung arti tentang
periode antara tiga sampai sembilan tahun. Sebagian dari para sahabat
Hazrat Rasulullah s.a.w. dalam hasratnya yang meluap bertaruh dengan
yang lainnya bahwa mereka akan kembali segera setelah tiga tahun.
Namun yang lainnya mengingatkan bahwa kepulangan mereka bisa saja
tertunda sampai sembilan tahun. Peristiwa yang kemudian terjadi
membenarkan opini yang terakhir. Demikian itulah kedua nubuatan
tersebut terpenuhi secara harfiah mau pun yang tersirat. Pertama, bangsa
Romawi yang memperoleh kembali teritorial mereka dalam waktu yang
ditentukan, kemudian giliran umat Muslim kembali ke Mekah dengan
kemenangan sebelum akhir tahun ke delapan.
 
Kategori lain dari nubuatan yang terpenuhi secara nyata dalam masa hidup
Hazrat Rasulullah s.a.w. adalah yang berkaitan dengan serangan berulangkali
terhadap umat Muslim di Medinah oleh penduduk Mekah dan para
sekutu mereka dari antara suku-suku nomaden. Nubuatan-nubuatan awal
sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat berikut jelas menggambarkan
kejadian dalam Perang Badar. Pada saat campuh perang serius umat
Muslim menghadapi tentara Mekah yang terorganisir rapih, tentara
penyerang dikalahkan secara telak dan memalukan oleh sejumlah kecil
lasykar Muslim.

Ataukah mereka berkata “Kami golongan yang menang?”
Golongan itu akan segera dibinasakan dan akan membalikkan
punggung mereka melarikan diri. Bahkan saat itu Saat yang
telah dijanjikan kepada mereka dan Saat itu paling celaka dan
paling pahit bagi mereka.’ (S.54 Al-Qamar:45-47)7

Kekalahan telak yang ditimpakan atas pasukan Mekah jelas telah
dinubuatkan dalam ayat tersebut di atas. Bagian akhir dari ayat
menggambarkan betapa pedihnya Saat yang ditetapkan itu. Para pimpinan
terpilih askar musuh yang dikenal kebenciannya terhadap Hazrat
Rasulullah s.a.w. jatuh perlaya satu per satu menelan debu padang Badar.
Abu Jahal terbunuh oleh dua pemuda Muslim, begitu juga Syaibah dan
Utbah menemui takdir mereka di ujung pedang dalam waktu beberapa
jam. Kegelapan malam turun di hati penduduk Mekah laiknya Hari
Kiamat. Mereka terpaksa melarikan diri berhamburan tak beraturan.
Adalah kekalahan memilukan ini yang diungkapkan dalam ayat dari surah
Al-Anfal berikut:

Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah
satu dari kedua golongan itu untukmu dan kamu menginginkan
supaya golongan yang tidak bersenjata itu untuk kamu, sedang
Allah menghendaki untuk menegakkan kebenaran dengan
firman-firman-Nya dan memotong (memusnahkan) orang orang
kafir sampai ke akar-akarnya.’ (S.8 Al-Anfal:8) 8



No comments:

Post a Comment