Nubuatan-nubuatan Yang Berkaitan Dengan Masa Depan Yang
Segera Dan Yang Jauh Di Masa depan
Setelah
mengulas singkat tentang beberapa kejadian penting dari sejarah
Mesir dalam
masa Nabi Musa a.s. yang selama ini tersembunyi sampai
dengan
turunnya Al-Quran, kini kami akan mengemukakan beberapa
nubuatan
wahyu Al-Quran berkaitan dengan banyak peristiwa lain.
Nubuatan ini
berkaitan dengan beberapa bidang minat manusia tentang
perkembangan
sosial, keagamaan dan politis disamping juga tentang
temuan-temuan
akbar di bidang pengetahuan yang bisa merubah wajah
bumi.
Sebagian
dari nubuatan-nubuatan itu juga mencakup perubahan ekologi
dan
lingkungan yang ditimbulkan oleh temuan ilmiah di masa depan dan
menyebarnya
perindustrian. Ada daftar panjang dari nubuatan-nubuatan
demikian
yang sebagian terbesar terdapat pada surah-surah terakhir Al-
Quran walau
tidak secara eksklusif demikian. Pembahasan ini tidak
dimaksudkan
menjadi sangat mendetil. Sebagian dari ayat-ayat Al-Quran
ini telah
dijelaskan dan diuraikan melalui banyak Hadith Hazrat
Rasulullah
s.a.w. Kami hanya akan memilih beberapa spesimen nubuatan
saja yang
termasuk kategori lain. Nubuatan yang berkaitan dengan sarana
transportasi
baru serta dampaknya yang luas akan dibahas di bagian akhir
bab ini karena nilai globalnya
yang demikian penting.
Guna
memelihara runtutan kronologis, kami akan memulainya dengan
nubuatan
yang dipenuhi masih dalam rentang waktu masa kehidupan
Hazrat
Rasulullah s.a.w. Sebagian daripadanya berkaitan dengan kembalinya beliau ke
Mekah setelah terpaksa hijrah. Semua ayat-ayat demikian bahkan diwahyukan
sebelum beliau hijrah ke Medinah dimana secara sekaligus menubuatkan keberangkatan
beliau dan kembalinya nanti. Ayat berikut ini dari surah (Al-Qashash) yang
diwahyukan sebelum hijrah beliau dari Mekah ke Medinah.
‘Sesungguhnya Dia yang telah mewajibkan ajaran Al-Quran
atasmu, akan mengembalikan dikau ke tempat kembali yang
telah ditetapkan. Katakanlah “Tuhan-ku lebih mengetahui
siapa
yang membawa petunjuk dan siapa yang ada dalam kesesatan
yang nyata.” (S.28
Al-Qashash:86) 4
Nubuatan
tentang kembalinya beliau ke Mekah sebelum keberangkatan ke
Medinah
sebenarnya mengandung nubuatan bersifat ganda.
Memperhatikan
bertambah buruknya situasi yang menyulitkan kehidupan
bagi beliau
dan para pengikut di Mekah, bagi para pembaca tentunya
menganggap
hijrah sebagai suatu konklusi yang logis. Namun suatu hal
yang jangan
dilupakan ialah unsur yang mentakjubkan dari nubuatan ini
justru bukan
tentang hijrah tersebut. Unsur keajaibannya adalah pada
perlawanan
terbuka terhadap kemauan dan kekuasaan penduduk Mekah
yang tidak
mau mengizinkan beliau hijrah menurut yang dinubuatkan
tersebut
terjadi. Begitu juga dengan bertambah kerasnya tekad penduduk
Mekah untuk
menghalangi Hazrat Rasulullah s.a.w. melepaskan diri
adalah juga
faktor-faktor yang menafikan bahwa nubuatan tersebut buatan
Hazrat
Rasulullah s.a.w. sendiri dalam keadaan ketiada-berdayaan sama
sekali.
Janji Ilahi lainnya bahwa beliau pasti akan kembali ke Mekah
sebagai
pertanda kebenaran yang menjadi ciri beliau, termaktub dalam
ayat
berikut:
‘Dan katakanlah “Ya Tuhan-ku, masukkanlah daku dengan cara
masuk yang baik dan keluarkanlah daku dengan cara keluar
yang baik. . . (S.17 Bani
Israil:81) 5
Contoh
ketiga bagimana kembalinya beliau ke Mekah dengan membawa
kemenangan
akhir sudah dinubuatkan bahkan sebelum hijrah itu sendiri
terjadi
adalah yang terdapat dalam beberapa ayat awal dari surah Ar-Rum
yang
semuanya sependapat diwahyukan sebelum Hijrah.
‘Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang dekat dan
mereka, sesudah kekalahan mereka akan memperoleh
kemenangan. Dalam beberapa tahun lagi - kepunyaan Allahlah
kedaulatan sebelum dan sesudahnya - dan pada hari itu
orang-orang mukmin akan bersuka cita dengan pertolongan
Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia
Maha Perkasa, Maha Penyayang.’ (S.30 Ar-Rum:3-6) 6
Ayat di atas
merujuk pada kekalahan teritorial bangsa Romawi di tangan
bangsa
Persia. Ayat ini menggambarkan bahwa kemenangan bangsa Persia
hanya
bersifat sementara dimana setelah beberapa tahun kekalahan
bangsa
Romawi akan berubah menjadi kemenangan.
‘Dan pada hari itu orang-orang mukmin akan bersuka cita
dengan
pertolongan Allah.’ Implikasi ayat
ini berkaitan dengan nasib para
mukminin
jelas sekali. Ketika tak lama setelah wahyu ini kemudian umat
Muslim
kehilangan rumah dan harta-bendanya kepada para penyembah
berhala di
Mekah, sebagaimana bangsa Romawi dikalahkan oleh para
penyembah
berhala bangsa Persia, terjadi konsensus di antara para
sahabat
bahwa segera seperti juga kemenangan bangsa Romawi, umat
Muslim juga
akan memenangkan kembali teritorial Mekah.
Pemahaman
ini bersifat merata di antara para sahabat Hazrat Rasulullah
s.a.w.
Perbedaan yang ada hanyalah tentang rentang waktu kapan
nubuatan itu
akan dipenuhi. Kontroversi tersebut muncul dari ekspresi
‘bidh’i siniina’ . Secara harfiah,
kata itu mengandung arti tentang
periode
antara tiga sampai sembilan tahun. Sebagian dari para sahabat
Hazrat
Rasulullah s.a.w. dalam hasratnya yang meluap bertaruh dengan
yang lainnya
bahwa mereka akan kembali segera setelah tiga tahun.
Namun yang
lainnya mengingatkan bahwa kepulangan mereka bisa saja
tertunda
sampai sembilan tahun. Peristiwa yang kemudian terjadi
membenarkan
opini yang terakhir. Demikian itulah kedua nubuatan
tersebut
terpenuhi secara harfiah mau pun yang tersirat. Pertama, bangsa
Romawi yang
memperoleh kembali teritorial mereka dalam waktu yang
ditentukan,
kemudian giliran umat Muslim kembali ke Mekah dengan
kemenangan
sebelum akhir tahun ke delapan.
Kategori
lain dari nubuatan yang terpenuhi secara nyata dalam masa hidup
Hazrat
Rasulullah s.a.w. adalah yang berkaitan dengan serangan berulangkali
terhadap
umat Muslim di Medinah oleh penduduk Mekah dan para
sekutu
mereka dari antara suku-suku nomaden. Nubuatan-nubuatan awal
sebagaimana
dikemukakan dalam ayat-ayat berikut jelas menggambarkan
kejadian
dalam Perang Badar. Pada saat campuh perang serius umat
Muslim
menghadapi tentara Mekah yang terorganisir rapih, tentara
penyerang
dikalahkan secara telak dan memalukan oleh sejumlah kecil
lasykar
Muslim.
‘Ataukah mereka berkata “Kami golongan yang menang?”
Golongan itu akan segera dibinasakan dan akan membalikkan
punggung mereka melarikan diri. Bahkan saat itu Saat yang
telah dijanjikan kepada mereka dan Saat itu paling celaka
dan
paling pahit bagi mereka.’ (S.54
Al-Qamar:45-47)7
Kekalahan
telak yang ditimpakan atas pasukan Mekah jelas telah
dinubuatkan
dalam ayat tersebut di atas. Bagian akhir dari ayat
menggambarkan
betapa pedihnya Saat yang ditetapkan itu. Para pimpinan
terpilih
askar musuh yang dikenal kebenciannya terhadap Hazrat
Rasulullah
s.a.w. jatuh perlaya satu per satu menelan debu padang Badar.
Abu Jahal
terbunuh oleh dua pemuda Muslim, begitu juga Syaibah dan
Utbah
menemui takdir mereka di ujung pedang dalam waktu beberapa
jam.
Kegelapan malam turun di hati penduduk Mekah laiknya Hari
Kiamat.
Mereka terpaksa melarikan diri berhamburan tak beraturan.
Adalah
kekalahan memilukan ini yang diungkapkan dalam ayat dari surah
Al-Anfal
berikut:
‘Dan ingatlah ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah
satu dari kedua golongan itu untukmu dan kamu menginginkan
supaya golongan yang tidak bersenjata itu untuk kamu, sedang
Allah menghendaki untuk menegakkan kebenaran dengan
firman-firman-Nya dan memotong (memusnahkan) orang orang
kafir sampai ke akar-akarnya.’ (S.8 Al-Anfal:8) 8
No comments:
Post a Comment