Tujuan peperangan Rasulullah saw. sekali-kali bukanlah untuk
sekedar membunuhi orang-orang tanpa sebab. Mereka telah diusir dari tanah
leluhur mereka. Dan banyak sekali kaum pria serta kaum wanita Muslim yang tidak
berdosa telah dibunuh. Sedangkan orang-orang zalim belum juga berhenti dari
berbuat zalim, dan mereka menghambat ajaran Islam. Untuk itu, hukum Tuhan
berkenaan dengan keamanan, menghendaki untuk menyelamatkan orang-orang yang
teraniaya dari kehancuran total. Jadi, pihak yang telah menghunus pedang,
dengan merekalah telah dilakukan perlawanan dengan pedang.
Ringkasnya, untuk
mematahkan ancaman para pembunuh, peperangan-peperangan itu telah dilangsungkan
sebagai upaya menangkal kejahatan, dan telah dilangsungkan pada saat
orang-orang zalim berkeinginan menghancurkan orang-orang benar. Dalam kondisi
itu jika Islam tidak menerapkan aksi pembelaan diri, maka ribuan anak dan kaum
wanita tak berdosa akan terbunuh, sehingga akhirnya Islam menjadi hancur.
Hendaknya diingat
bahwa ini merupakan kebengisan besar para penentang kami, mereka beranggapan
bahwa petunjuk ilhamiyah hendaknya tidak mengandung ajaran untuk melawan para
musuh pada tempat dan kesempatan apa pun, serta sentiasa memperlihatkan
kecintaan dan kasih-sayang dalam bentuk kehalusan dan kelemah lembutan.
Orang-orang ini, di dalam benak mereka beranggapan bahwa dengan membatasi
segenap sifat sempurna Allah hanya pada kehalusan dan kelemah-lembutan saja
berarti mereka sedang menjunjung tinggi Allah swt. Akan tetapi, orang-orang
yang menelaah dan merenungkan masalah ini, dengan mudah dapat terbuka kepada
mereka bahwa orang-orang tersebut sedang terperangkap di dalam suatu kekeliruan
besar dan nyata. Dengan menelaah hukum kodrat Allah, akan terbukti dengan jelas
bahwa Dia memang satu-satunya Rahmat bagi dunia. Akan tetapi rahmat itu tidak
selamanya dan tidak dalam setiap kondisi tampil dengan corak kehalusan dan
kelembutan. Justru semata-mata karena dorongan rahmat-Nya, Dia -- bagai seorang
dokter ahli – kadang kadang memberikan sirup yang manis kepada kita dan
kadang-kadang memberikan obat yang pahit. Rahmat-Nya menerpa seluruh umat
manusia seperti halnya seorang di antara kita yang menyayangi seluruh bagian
tubuhnya. Tidak dapat diragukan lagi bahwa tiap orang di antara kita menyayangi
seluruh bagian wujudnya. Dan kalau ada yang ingin mencabut sehelai saja rambut
kita, maka kita akan sangat marah kepadanya. Akan tetapi, kendatipun kita
menyayangi tubuh kita, rasa sayang itu terbagi-bagi di dalam segenap tubuh kita.
Dan seluruh bagian tubuh kita itu terasa sayang oleh kita. Kita tidak ingin
satu pun di antaranya cedera. Akan tetapi, walaupun demikian, jelas terbukti
bahwa kita tidak menyayangi bagian-bagian tubuh kita pada taraf dan kadar yang
sama. Melainkan, rasa sayang terhadap anggota-anggota badan yang pokok serta
penting, yang sedikit banyak merupakan tumpuan bagi tujuan kita, menguasai hati
kita. Demikian pula, pada pandangan kita rasa sayang terhadap seluruh tubuh
seutuhnya adalah lebih besar dibandingkan dengan rasa sayang terhadap salah
satu anggota tubuh. Jadi, apabila kita menghadapi keadaan bahwa keselamatan
suatu bagian tubuh bertumpu pada upaya penyayatan atau pembedahan atau
pemotongan bagian tubuh yang kurang penting, maka untuk menyelamatkan jiwa,
tanpa ragu kita siap untuk membedah atau memotong bagian tubuh tersebut. Dan
walaupun pada saat itu di dalam hati kita juga timbul rasa sedih -- bahwa kita
membedah atau memotong satu bagian tubuh kita yang disayangi -- akan tetapi
kita tetap terpaksa melakukan pemotongan dengan pemikiran: jangan-jangan
peradangan pada bagian tubuh tersebut dapat merusak bagian tubuh penting
lainnya. Jadi, melalui tamsil ini hendaknya dipahami bahwa Allah pun tatkala
melihat hamba-hamba saleh-Nya sedang dibinasakan oleh para pemuja kebatilan,
dan kerusuhan pun merebak, maka Dia akan melakukan upaya yang tepat untuk
menyelamatkan nyawa orang-orang saleh dan untuk menumpas kerusuhan -- tidak
perduli apakah dari langit maupun dari bumi. Sebabnya adalah, Dia merupakan
Rahim (Maha Pengasih) dan juga Hakim (Maha Bijaksana).
No comments:
Post a Comment