Tuesday, 17 July 2012
PART 2: KERAJAAN
Sistem monarki atau monarki disebut beberapa kali dalam Al-Quran tanpa
menyalahkannya sebagai suatu lembaga. Seorang nabi Israil mengingatkan kaum
Talut:
Berkata nabi mereka kepada mereka: ‘Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi raja bagimu.’ Berkata mereka:
‘Bagaimana ia akan berdaulat atas kami padahal kami lebih berhak
berdaulat daripadanya dan ia tidak diberi berlimpah-limpah harta?’
Berkata ia: ‘ Sesungguhnya Allah telah memilihmya berdaulat
atasmu dan melebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan
badan.’ Dan Allah memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas pemberian-Nya, Maha
Mengetahui. (S.2 Al-Baqarah: 248)
Monarki juga diungkit dalam pengertian lebih luas sebagai mereka yang jadi
raja-raja:
Ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya: ‘Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menjadikan nabi-nabi di
antaramu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan
kepadamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara
bangsa-bangsa.’ (S.5 A-Maidah: 21)
Kerajaan yang diciptakan atau diperluas melalui penaklukan secara umum
tidak disukai sebagaimana dikemukakan dalam ayat tentang Ratu Sheba ketika
mengingatkan para penasihatnya:
Berkatalah ia, ratu itu: ‘Sesungguhnya raja-raja apabila mereka
memasuki suatu negeri, mereka merusakkannya dan penduduknya
yang termulia mereka jadikan orang-orang paling hina. Dan
demikianlah selalu mereka kerjakan.’ (S.27 An-Naml: 35)
Raja-raja bisa bertabiat baik atau pun buruk, sama saja seperti perdana menteri
atau presiden yang dipilih secara demokratis. Tetapi Al-Quran menyitir suatu
kategori raja-raja yang memang ditunjuk oleh Tuhan. Mereka adalah jenis bukan
saja sebagai raja seperti dalam pemahaman Yahudi dan Kristen tetapi juga sebagai
Rasul menurut Al-Quran sebagaimana contohnya Raja Sulaiman r.a. Hal ini
menggambarkan bahwa kadang-kadang fungsi kenabian dan kerajaan bisa diemban
oleh satu orang dan ia adalah raja yang ditunjuk langsung oleh Tuhan.
Dalam Al-Quran juga ada disebut bentuk kerajaan lain yang mendapat
mandatnya dari seorang Rasul. Ayat berikut ini menggambarkan kenyataan
tersebut:
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang memegang
kekuasaan di antaramu. Dan jika kamu berselisih mengenai sesuatu
maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu
memang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Hal demikian
itu paling baik dan paling bagus akibatnya. (S.4 An-Nisa: 60)
Saya mengemukakan ayat ini tidak saja untuk menggambarkan kategori bentuk
kerajaan tetapi juga guna menekankan bahwa menurut Al-Quran kadang-kadang
sistem demokrasi tidak selalu menjadi pilihan paling benar. Dalam sistem
demokrasi bisa saja terjadi mayoritas rakyat tidak bisa menemukan nilai-nilai
pokok dari kepemimpinan seorang dan akan memprotes jika yang bersangkutan
dipaksakan dipilih sebagai pemimpin mereka. Berdasarkan semua kriteria politis,
penunjukannya akan dianggap sebagai diktatorial. Mungkin untuk kepentingan
publik yang bersangkutan memang baik tetapi opini umum tidak bisa
menerimanya.
Kelemahan inheren dari pemilihan secara demokratis adalah kenyataan bahwa
rakyat melakukan pilihannya berdasarkan kesan-kesan impresi permukaan dan
kinerja terakhir dari si calon, sedangkan nilai-nilai kepemimpinan sehat yang
seharusnya ada malah sulit diketahui.
Kita bisa melihat bahwa dalam sejarah umat yang dicintai Tuhan, ada saat-saat
dimana keselamatan politis mereka membutuhkan bantuan intervensi samawi. Pada
saat demikian, Tuhan sendiri yang menentukan pemilihan raja atau pemimpin.
Dari sini jangan disimpulkan bahwa semua raja dan pemimpin umat adalah pilihan
Tuhan. Kesalahpahaman seperti inilah yang umum terjadi dalam sistem
pemerintahan abad menengah umat Kristen dan pandangan seperti ini tidak dianut
Al-Quran. Contohnya ketika Raja Richard mengeluh:
Bahkan semua air laut yang menggelora pun tidak dapat mencuci
minyak urap dari seorang raja yang diurapi. (Shakespeare)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment