Tuesday, 24 July 2012
TATANAN SOSIAL KONTEMPORER
Sayang sekali bahwa pengaruh agama atas perilaku moral sekarang
ini sudah sangat menyusut. Keadaan tersebut menjadi bertambah buruk
dengan munculnya dorongan untuk membebaskan diri dari kewajibankewajiban
keagamaan dan hal tersebut bertambah luas di hampir seluruh
penjuru dunia kontemporer ini. Namun disamping itu juga terdapat
kepanikan karena menurunnya rasa aman dan bertambah kacaunya
perilaku sosial yang berjalan paralel dengan trend pengabaian normanorma
keagamaan dan etika. Tambah cepat memudar keimanan pada
Tuhan yang hidup, Dia yang tidak saja telah membentuk takdir manusia
tetapi yang juga mengatur pola kehidupan manusia dari hari ke hari. Al-
Quran menyimpulkan hal tersebut sebagai :
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan, ... (S.30 Ar-Rum
: 42)
Nasrani sebagai agama yang dominan di Barat sampai dengan awal
abad ini masih memiliki kendali yang kuat dan efektiv atas perilaku
moral para pengikutnya di Barat. Sayang sekali hal ini sudah tidak lagi
demikian.
Sekarang ini berevolusi suatu kebudayaan yang didasarkan pada
interaksi sosialisme ilmiah, perkembangan keilmuan yang cepat dan
kemajuan materialistis yang memaksa agama Nasrani undur selangkah
demi selangkah untuk kemudian perannya menjadi makin mengecil
dalam pembentukan perilaku sosial.
Dengan demikian, perilaku moral di Barat saat ini sangat kecil kadar
Kristianinya seperti juga kadar ke-Islaman dalam perilaku moral di
negeri-negeri Muslim. Hal yang sama juga berlaku pada perilaku sosial
dan moral secara umumnya di bagian lain dunia ini. Kita melihat banyak
sekali penganut Budha, Konghucu atau Hindu, tetapi sayangnya sedikit
sekali bisa ditemukan ajaran-ajaran agama Budha, Konghucu maupun
Hindu.
Sayang sekali bahwa pengaruh agama atas perilaku moral sekarang
ini sudah sangat menyusut. Keadaan tersebut menjadi bertambah buruk
dengan munculnya dorongan untuk membebaskan diri dari kewajibankewajiban
keagamaan dan hal tersebut bertambah luas di hampir seluruh
penjuru dunia kontemporer ini. Namun disamping itu juga terdapat
kepanikan karena menurunnya rasa aman dan bertambah kacaunya
perilaku sosial yang berjalan paralel dengan trend pengabaian normanorma
keagamaan dan etika. Tambah cepat memudar keimanan pada
Tuhan yang hidup, Dia yang tidak saja telah membentuk takdir manusia
tetapi yang juga mengatur pola kehidupan manusia dari hari ke hari. Al-
Quran menyimpulkan hal tersebut sebagai :
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan, ... (S.30 Ar-Rum
: 42)
Nasrani sebagai agama yang dominan di Barat sampai dengan awal
abad ini masih memiliki kendali yang kuat dan efektiv atas perilaku
moral para pengikutnya di Barat. Sayang sekali hal ini sudah tidak lagi
demikian.
Sekarang ini berevolusi suatu kebudayaan yang didasarkan pada
interaksi sosialisme ilmiah, perkembangan keilmuan yang cepat dan
kemajuan materialistis yang memaksa agama Nasrani undur selangkah
demi selangkah untuk kemudian perannya menjadi makin mengecil
dalam pembentukan perilaku sosial.
Dengan demikian, perilaku moral di Barat saat ini sangat kecil kadar
Kristianinya seperti juga kadar ke-Islaman dalam perilaku moral di
negeri-negeri Muslim. Hal yang sama juga berlaku pada perilaku sosial
dan moral secara umumnya di bagian lain dunia ini. Kita melihat banyak
sekali penganut Budha, Konghucu atau Hindu, tetapi sayangnya sedikit
sekali bisa ditemukan ajaran-ajaran agama Budha, Konghucu maupun
Hindu.
Air dimana-mana tetapi tidak setetes pun yang bisa diminum.
Bila norma-norma etika keagamaan dan adat tidak lagi ada di
masyarakat maka moralitas akan kehilangan maknanya bagi suatu
generasi yang tidak lagi menelan mentah-mentah warisan budayanya
sebagai suatu yang benar atau sahih. Generasi itu melalui suatu periode
kritikal akan transisi ke kegelapan dan kekosongan. Kondisi tersebut
akan menimbulkan keinginan untuk bertanya. Proses bertanya itu
mungkin akan atau mungkin juga tidak menemukan norma perilaku yang
lebih baik atau memuaskan. Mungkin saja proses tadi berakhir pada
keadaan kekacauan atau anarki moral yang total. Menurut hemat saya,
kelihatannya kondisi terakhir itulah rupanya yang jadi pilihan masyarakat
modern.
Suatu angin perubahan sedang berhembus di antara masyarakatmasyarakat
dunia, baik di barat atau pun di timur. Ini adalah angin jahat
yang mencemari iklim dunia seluruhnya.
Dunia modern lebih memperhatikan peningkatan polusi dalam
atmosfir materiil daripada peningkatan cepat polusi di tengah
lingkungan sosial kita. Al-Quran yang rupanya berbicara mengenai masa
itu, menyatakan:
Demi masa. Sesungguhnya manusia senantiasa ada dalam keadaan
merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan
menasihati satu sama lain supaya menyampaikan kebenaran dan
menasihati satu sama lain untuk bersabar. (S.103 Al-Ashr : 2-4)
Yang sekarang menjadi ciri masyarakat modern adalah eksploitasi
sesama, penipuan, kemunafikan, egoisme, penekanan, kerakusan,
mengejar kenikmatan, ketiadaan disiplin, korupsi, pencurian,
perampokan, pelanggaran hak azasi manusia, pemalsuan, pengkhianatan,
ketiadaan tanggungjawab serta hilangnya kepercayaan antar sesama dan
saling menghargai. Selaput tipis peradaban tidak dapat lagi menutupi
kejelekan yang kian hari kian mengemuka. Namun kita salah jika kita
mengatakan bahwa tanda-tanda kemerosotan manusia itu tidak ada pada
zaman dahulu. Banyak peradaban masa lalu mengalami sakit yang sama
sebelum pada akhirnya riwayat mereka ditutup dalam sejarah umat
manusia. Tidak ada bagian di dunia ini yang dikecualikan dari
kemerosotan moral demikian.
Beberapa masyarakat telah mulai meruntuh dimana-mana. Berbeda
dibanding negeri-negeri dengan pemerintahan totaliter, meningkatnya
kesadaran kemerdekaan individual di negara yang katanya bebas,
nyatanya telah menjadi kecenderungan menceng yang menjadi dasar
memburuknya perilaku sosial.
Di negeri-negeri dengan pemerintahan totaliter, kebangkitan
kesadaran kemerdekaan individual saat ini diarahkan pada pembebasan
diri dari pengendalian totaliter yang menyeluruh. Kecuali ada tentangan
dari faksi kiri angkatan bersenjata, kecenderungan pemerdekaan diri
tersebut kelihatannya akan menang. Apa yang akan terjadi nanti terlihat
tidak begitu baik bagi prospek moral para muda usia di negeri-negeri
yang dahulunya komunis.
Hampir dua generasi masyarakat yang tumbuh dewasa dalam
keadaan tidak bertuhan yang tidak memiliki tuntunan dan disiplin
perilaku moral. Selain ketiadaan norma nilai-nilai moral yang berakar
pada kepercayaan keagamaan, bahaya kecenderungan mencari
kesenangan diri yang membanjir dari Barat ke para muda usia di bekas
Rusia dan negara-negara Eropah Timur lainnya, akan membawa dampak
mengerikan bagi perilaku moral di masa mendatang.
Pada saat bersamaan, kita tidak dapat mengabaikan bahwa hidup
tanpa agama selama berpuluh tahun itu tidak saja membawa
kemudharatan bagi masyarakat kontemporer tetapi juga membawa
beberapa kebaikan. Revolusi sosial di Rusia telah memutus keterkaitan
dunia sosialis dengan agama berikut dogma-dogma dan pandangan
keagamaan yang memang telah cemar itu. Ada kekolotan dalam
pandangan dan konsep mereka, baik pada Islam maupun Nasrani atau
pun sekte-sekte kedua agama itu yang telah menimbulkan kesenjangan
di antara doktrin agama dengan realita alam. Dibutuhkan kemampuan
analisa khusus agar mampu melihat diskrepansi antara pandangan
keagamaan dengan kenyataan alam tanpa hanyut terbawa perasaan.
Tidak mudah menerima berbagai paradoks kecuali paradoks itu tertanam
di pikiran orang dari generasi ke generasi. Secara berangsur, manusia
akan sampai pada suatu titik dimana masyarakat keagamaan akan
menerima berbagai paradoks itu tanpa menyadari keberadaannya.
Di antara beberapa hal yang dilakukan revolusi sosial terhadap
penduduknya adalah membersihkan pikiran mereka dari dogma-dogma
kepercayaan dan menyembuhkan mereka dari strabismus (pandangan
mata juling) dan diplopia (pandangan ganda). Dan hal tersebut
menghasilkan keluguan yang hanya dapat dicapai jika keadaan memang
bebas dari kemunafikan. Pada saat ini belum dapat dikatakan bahwa
keadaan keluguan itu bisa dimanfaatkan untuk perbaikan moral mereka
di masa pergolakan mendatang. Namun satu hal memang jelas yaitu
mereka lebih mudah menerima Risalah kebenaran tanpa prasangka
dibanding umat lainnya di dunia saat ini.
Hanya saja hal yang sama tidak berlaku pada manusia ‘merdeka’ yang
saat ini sedang mengalami peningkatan kecenderungan individualisme.
Siapa pun dapat saja melakukan apa pun berdasarkan justifikasi
kemerdekaan atas nama kemerdekaan individual. Sebagai pelopor
kecenderungan tersebut, Amerika sangat berpengaruh bagi baik Eropah
mau pun Dunia Kedua dan Ketiga. Gema distorsi dari konsep
kemerdekaan individual yang membebaskan seseorang dari disiplin
kehidupan moral itu bergaung melintasi tirai ideologi dari sosialisme
ilmiah. Kelompok gay, lesbian, pecandu narkotik, preman dan berbagai
tipe pelaku kriminal sekarang ini terus menerus bertambah banyak.
Kegalakan mereka dalam membela perilakunya dengan kata-kata
‘Kenapa tidak” sudah menjadi tantangan mengerikan bagi masyarakat
kontemporer.
DUA IKLIM TATANAN SOSIAL
Al-Quran mengemukakan dua iklim tatanan sosial:
a) Tatanan sosial dimana kejahatan bebas berkembang,
b) Tatanan sosial dimana perkembangan kejahatan dikekang
dengan keras.
Jika kita mencoba memahami ajaran moral Islam secara sepotong
demi sepotong, sulit bagi pikiran Barat untuk dapat mengerti filosofi
dari ajarannya tersebut. Hal ini karena ajaran moral harus dipelajari
sebagai bagian dari iklim sosial. Kita harus memandangnya sebagai satu
kesatuan. Kita tidak akan dapat memahami suasana musim gugur hanya
dengan melihat selembar daun yang luruh atau seberkas tanaman yang
berubah warna. Kita harus memvisualisasikan dan merasakan
keseluruhan atmosfir dan fitrat musim gugur agar dapat memahami apa
sebenarnya musim gugur itu dan bagaimana pengaruhnya terhadap
kehidupan tumbuhan. Begitu juga jika kita melihat seekor walet terbang
melayang, tidak berarti ia mewakili musim panas secara keseluruhan.
Dimana kita melihat musim gugur sebagai penekan pertumbuhan,
adapun musim semi sebagai pendorong pertumbuhan. Bukan hanya
perubahan dalam suhu tetapi juga transformasi dalam keseluruhan
atmosfir dimana semilir angin pun seperti hembusan yang membawa
kehidupan. Sistem kehidupan sosial pun mirip musim yang memiliki
ciri-ciri dan pengaruh tersendiri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment