Tuesday, 17 July 2012

PART 3:DEFINISI DEMOKRASI



Konsep demokrasi meskipun berasal dari Yunani, sebenarnya didasarkan pada
pidato presiden Abraham Lincoln di Gettysburg yang menyatakan pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Kata-kata itu merupakan klise yang amat
menarik tetapi jarang diterapkan sepenuhnya di mana pun di muka bumi ini.
Bagian ketiga yaitu untuk rakyat definisinya sangat kabur dan bisa
membahayakan. Apa yang dapat dideklarasikan secara pasti sebagai untuk rakyat?
Dalam suatu sistem yang menganut pola mayoritas seringkali terjadi bahwa apa
yang dianggap untuk rakyat sebenarnya adalah untuk mayoritas rakyat dan tidak
berlaku bagi sisa minoritasnya.
Dalam sistem demokrasi bisa juga terjadi keputusan-keputusan yang sangat
penting ditentukan oleh mayoritas absolut. Namun kalau ditelaah dan dianalisis
lebih lanjut data dan faktanya, ternyata sebenarnya yang diputus itu berasal dari
kelompok minoritas yang dilambungkan secara demokratis dan diterapkan pada
mayoritas. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah bahwa partai yang
berkuasa memperoleh kekuasaannya setelah dalam proses pemilihan umum
kemudian menggandeng kelompok minoritas di berbagai faksi, karena memang
tidak selalu partai yang berkuasa itu mendapat dukungan mayoritas saat pemilihan
umum. Kalau pun kemudian partai tersebut berhasil berkuasa, masih banyak hak
yang bisa terjadi selama masa pemerintahannya. Opini publik bisa saja berubah
drastis sehingga pemerintahan yang ada tidak lagi mewakili mayoritas. Proses
gradual perubahan minat selalu terjadi dalam setiap perubahan pemerintah.
Kalau pun pemerintah bersangkutan tetap populer di mata pemilihnya, bisa saja
terjadi bahwa ketika mengambil suatu keputusan penting, sebagian besar anggota
partai yang berkuasa dalam hati sebenarnya tidak setuju dengan mayoritas tetapi
karena loyalitas partai mereka harus patuh. Jika perbedaan pandang itu berkaitan

dengan kelebihan kekuatan partai yang berkuasa dibanding partai oposan, maka
lebih sering terjadi bahwa keputusan yang katanya mayoritas itu sebenarnya
merupakan keputusan minoritas yang diterapkan pada rakyat keseluruhan.
Kita juga menyadari bahwa konsep mengenai apa yang baik untuk rakyat
nyatanya berubah dari masa ke masa. Jika keputusan tidak berdasarkan prinsip
absolut maka apa yang dianggap baik untuk rakyat akan selalu mengalami
pergeseran kebijakan dengan berjalannya waktu. Apa yang dianggap baik hari ini
mungkin dianggap buruk keesokan harinya dan baik lagi lusanya.
Bagi orang awam keadaan ini menimbulkan situasi gamang. Eksprimen sistem
komunisme dalam skala raksasa selama lebih dari setengah abad juga sebenarnya
didasarkan pada slogan untuk rakyat. Adapun pemerintahan sosialis tidak
semuanya bersifat diktatorial.
Berkaitan dengan pemerintahan oleh rakyat disini perlu dicatat bahwa garis
yang membedakan antara negara sosialis dan negara demokratis nyatanya amat
tipis dan terkadang tidak ada. Bagaimana orang bisa menuduh bahwa
pemerintahan yang dipilih di negeri-negeri sosialis memperoleh kekuasaannya
tidak oleh rakyat? Memang benar dalam negara totaliter dimungkinkan
mendiktekan calon pilihan kepada dewan pemilih. Nyatanya hal yang sama dan
bahkan taktik-taktik canggih lainnya dilakukan, kecuali di beberapa negara
tertentu di Barat, di negara-negara dengan sistem pemerintahan demokratis.
Adalah suatu kenyataan bahwa demokrasi di sebagian besar dunia tidak
sepenuhnya dilaksanakan dan jarang pemilihan umum oleh rakyat. Melalui caracara
patgulipat pemilihan, dagang sapi, teror polisional dan cara korup lainnya,
semangat dan isi demokrasi di dunia ini sudah tercemar sehingga pada akhirnya
tersisa sedikit saja yang bisa disebut masih murni demokratis.

No comments:

Post a Comment